Senin, 12 Juli 2010

BOUNDING ATTACHMENT

BOUNDING ATTACHMENT
OLEH ELLA FISICA DEVINDHA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan fisik, psikologis, sosial dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui, tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya
Sama halnya juga dengan episode masa nifas yang dialami ibu. Pada masa ini, kehidupan ibu selanjutnya ditentukan dengan bagaimana si Ibu melalui masa nifasnya dengan baik dan lancar dari pengaruh berbagai faktor. Mulai kebutuhan dan perubahan – perubahan yang terjadi dari berbagai aspek.
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ – organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan lamanya kira-kira 6 minggu. Kebutuhan dan perubahan dalam masa nifas, diantaranya :
• Fisik (keadaan jasmani)
• Psikologi
• Sosial
• Spiritual (rohani)
Dari keempatnya yang paling esensial adalah social dan lingkungannya karena nantinya akan berpengaruh pada pembentukan ikatan antara ibu dananaknya. Secara sosial dan lingkungan terjadi perubahan-perubahan pada wanita yang sudah melahirkan, perlu menyesuaikan diri terhadap dasar sebagai ibu, atau penambahan anak. Selain itu juga terdapat konflik rasa kewanitaan dan rasa keibuan pada masa nifas. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik pada masa nifas, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dengan keadaan sosialnya sehingga mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma. Berarti secara langsung bahwa perubahan sosial menentukan psikologis ibu nifas. Perubahan sosial yang akan dialami oleh ibu setelah melahirkan diantaranya :
 Menjadi orangtua yang sempurna
Maksudnya disini adalah bagi pasangan yang baru pertama kali memiliki anak terdapat perubahan sosial besar dimana sebelumnya hanya ada 2 orang (suami istri) tiba – tiba berubah menjadi orangtua yang sempurna ketika buah hati lahir. Pada masa ini, suami istri dituntut untuk menjadi orangtua yang siap siaga 24 jam dalam kehidupannya, dimulai dengan mengatur jadwal bersama demi si buah hati untuk memenuhi kebutuhannya. Mulai dari memberikan ASI, bangun di tangah malam, memasang popok, memandikan, dll. Semua itu harus dipersiapkan dengan baik – baik agar perubahan sosial menjadi orang tua dapat dicapai dengan maksimal. Dan bagi orang tua yang sebelumnya telah memiliki anak, pekerjaan tambahannya adalah memberikan pengertian dan keadilan kasih sayang terhadap anak sebelumnya dan yang baru saja dilahirkan. Disini orang tua dituntut memberikan pemahaman yang baik pada anak sebelumnya tentang kehadiran anggota keluarga baru agar tidak terjadi kesenjangan kasih sayang yang diberikan
 Penerimaan anggota baru oleh keluarga besar
Dengan kehadirannya seorang anggota baru dalam sebuah keluarga, secara tidak langsung mengubah suasana seluruh anggota besar. Disini dimaksudkan dengan adanya kelahiran bayi diharapkan anggota keluarga besar (seperti kakek, nenek, mertua, dll) bisa digerakkan dalam membantu serta untuk merawat si Bayi. Hal ini dimaksudkan agar tercipta suasana kekeluargaan yang erat anatara kehadiran si buah hati dengan keluarga besarnya.
 Perubahan lingkungan kerja
Bagi seorang wanita karir, perubahan sosial setelah melahirkan sangat besar. Dimana si Ibu dituntut untuk bisa memenuhi kebutuhan bayinya dan dituntut untuk segera pulih dari kondisinya agar segera bisa kembali bekerja. Peran seorang pasangan sangat dituntut dalam situasi seperti ini. Keduanya (suami istri) harus bekerja sama dalam mengatur kebutuhan si bayi yang menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya si Ibu. Tuntutan bagi si Ibu untuk segera kembali ke aktivitas sebelum hamil membuat si Ibu terkadang akan mengalami psikologis. Di datu sisi ingin berada lama di samping bayinya dan di satu sisi ingin kembali bekerja seperti semula. Tak jarang bahwa perubahan sosial yang dialami si Ibu erat kaitannya dengan perubahan psikologinya
 Perubahan Interaksi dengan Lingkungan
Dengan hadirnya sang buah hati, menuntut ibu untuk lebih bijak dalam berinteraksi dengan lingkungan yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap si bayi. Memperkenalkan anggota baru ke masyarakat merupakan awal interaksi si bayi dengan lingkungan barunya. Selain itu, memilih lingkungan yang bersih, tidak ramai, aman, dan nyaman juga mempengaruhi cara merawat sang buah hati dalam pertumbuhan dan perkembangan.
 Menginginkan keamanan, kenyamanan, dan kehangatan dari pasangannya , keluarga, dan petugas kesehatan ( bidan )

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penyusun ingin mengetahui bagaimana ikatan yang akan terjalin antara ibu dan bayinya pada masa nifas.

C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana ikatan yang akan terjalin antara ibu dan bayinya pada masa nifas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hami, lamanya kira-kira 6 minggu.
B. Periode Nifas
1. Periode Immediate post partum : terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan.
2. Periode Early post partum : terjadi setelah 24 jam post partum sampai akhir minggu pertama sesudah melahirkan, dimana resiko sering terjadi pada ibu post partum, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara drastic.
3. Periode late post partum : terjadi mulai minggu kedua sampai minggu keenam sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara bertahap.
C. Adaptasi Fisiologi Post Partum
Akhir dari persalinan, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara progresif. Semua perubahan pada ibu post partum perlu dimonitor oleh perawat, untuk menghindari terjadinya komplikasi. Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sistem Respirasi
Penggunaan obat-obat anesthesia umum selama proses pembedahan menyebabkan perubahan kecepatan frekuensi, kedalaman dan pola respirasi. Setelah operasi mungkin terjadi penumpukan secret pada jalan nafas yang menyebabkan perubahan pola nafas, juga suara tambahan berupa rales. Hal ini tidak ditemukan pada anesthesia spinal. Sedangkan peningkatan respirasi mungkin terjadi sebagai respon klien terhadap adanya nyeri.
2. Sistem Cardiovaskuler
Selama masa kehamilan dan persalinan sistem cardiovaskuler banyak mengalami perubahan antara lain :
a. Cardiac Output
Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada hari pertama setelah persalinan. Bila frekuensi denyut nadi cepat mengindikasikan adanya perdarahan, kecemasan, kelelahan, infeksi penyakit jantung, dapat terjadi hipotensi orthostatik dengan penurunan tekanan systolic kurang lebih 20 mmHg yang merupakan kompensasi pertahanan tubuh untuk menurunkan resistensi vaskuler sebagai akibat peningkatan tekanan vena. Biasanya ini terjadi beberapa saat setelah persalinan, dan saat pertama kali melakukan mobilisasi (ambulasi). Bila terjadi penurunan secara drastic merupakan indikasi terjadinya perdarahan uteri.
b. Volume dan Konsentrasi Darah
Pada 72 jam pertama setelah persalinan banyak kehilangan plasma dari pada sel darah. Selama persalinan erithropoesis meningkat menyebabkan kadar hemoglobin menurun dan nilainya akan kembali stabil pada hari keempat post partum. Jumlah leukosit meningkat pada early post partum hingga nilainya mencapai 30.000/mm3 tanpa adanya infeksi. Apabila peningkatan lebih dari 30 % dalam 6 jam pertama, maka hal ini mengindikasikan adanya infeksi.
Jumlah darah yang hilang selam persalinan sekitar 400-500 ml. Pada klien post partum dengan seksio sesarea kehilangan darah biasanya lebih banyak dibanding persalinan normal (600-800 cc).
3. Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan post partum seksio sesarea biasanya mengalami penurunan tonus otot dan motilitas traktus gastrointestinal dalam beberapa waktu. Pemulihan kontraksi dan motilitas otot tergantung atau dipengaruhi oleh penggunaan analgetik dan anesthesia yang digunakan, serta mobilitas klien. Sehingga berpengaruh pada pengosongan usus. Secara spontan mungkin terhambat hingga 2-3 hari. Selain itu klien akan merasa pahit pada mulut karena dipuasakan atau merasa mual karena pengaruh anesthesia umum. Sebagai akibatnya klien akan mengalami gangguan pemenuhan asupan nutrisi serta gangguan eliminasi BAB. Klien dengan spinal anesthesia tidak perlu puasa sebelumnya.
4. Sistem Reproduksi
a. Payudara
Setelah persalinan behubung lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum, maka estrogen dan progesterone berkurang, prolaktin akan meningkat dalam darah yang merangsang sel-sel acini untuk memproduksi ASI. Keadaan payudara pada dua hari pertama post partum sama dengan keadaan dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat buah dada membesar, keras dan nyeri ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan terjadi proses laktasi. Laktasi merupakan suatu masa dimana terjadi perubahan pada payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI dan merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar.
b. Involusi Uterus
Segera setelah plasenta lahir, uterus mengalami kontraksi dan retraksi ototnya akan menjadi keras sehingga dapat menutup/menjepit pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas inplantasi plasenta. Proses involusi uterus terjadi secara progressive dan teratur yaitu 1-2 cm setiap hari dari 24 jam pertama post partum sampai akhir minggu pertama saat tinggi fundus sejajar dengan tulang pubis. Pada minggu keenam uterus kembali normal seperti keadaan sebelum hamil kurang lebih 50-60 gram. Pada seksio sesarea fundus uterus dapat diraba pada pinggir perut. Rasa tidak nyaman karena kontraksi uterus bertambah dengan rasa nyeri akibat luka sayat pada uterus terjadi setelah klien sadar dari narkose dari 24 jam post operasi.
c. Endometrium
Dalam dua hari post partum desidua yang tertinggal dan berdiferensiasi menjadi 2 lapisan, lapisan superficial menjadi nekrotik dan terkelupas bersama lochea. Sedangkan lapisan basah yang bersebelahan dengan miometrium yang berisi kelenjar tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat. Seluruhnya endometrium pulih kembali dalam minggu kedua dan ketiga.
d. Cerviks,Vagina, Vulva, Perineum
Pada persalinan dengan seksio sesarea tidak terdapat peregangan pada serviks dan vagina kecuali bila sebelumnya dilakukan partus percobaan serviks akan mengalami peregangan dan kembali normal sama seperti post partum normal. Pada klien dengan seksio sesarea keadaan perineum utuh tanpa luka.
e. Lochea
Lochea adalah secret yang berasal dari dalam rahim terutama luka bekas inplantasi plasenta yang keluar melalui vagina. Lochea merupakan pembersihan uterus setelah melahirkan yang secara mikroskopik terdiri dari eritrosit, kelupasan desidua, sel-sel epitel dan bakteri yang dikeluarkan pada awal masa nifas. Lochea dibagi berdasarkan warna dan kandungannya yaitu :
1) Loche Rubra
Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga post partum. Warna merah terdiri dari darah, sel-sel desidua, vernik caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa-sisa selaput ketuban.
2) Lochea Serosa
Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisa-sisa jaringan dengan warna kuning kecoklatan, berlangsung hari keempat dan kesembilan post partum.
3) Lochea Alba
Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel leukosit, sel-sel epitel dan mukosa serviks. Dimulai pada hari ke-10 sampai minggu ke 2-6 post partum
Perdarahan lochea menunjukan keadaan normal. Jika pengeluaran lochea berkepanjangan, pengeluaran lochea tertahan, lochea yang prulenta (nanah), aras nyeri yang berlebihan, terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan dan terjadi infeksi intra uterin.
5. Sistem Endokrin
Kaji kelenjar tiroid, adakah pembesaran pada kelenjar tiroid, pembengkakan kelenjar getah bening dan kaji .juga pengeluaran ASI dan kontraksi uterus.
6. Sistem Perkemihan
Pada klien seksio sesarea terutama pada kandung kemih dapat terjadi karena letak blass berdempetan dengan uterus, sehingga pengosongan kandung kemih mutlak dilakukan dan biasanya dipasang folly kateter selama pembedahan sampai 2 hari post operasi. Dengan demikian kmungkinan dapat terjadi gangguan pola eliminasi BAK, sehingga klien perlu dilakukan bldder training. Kaji warna urine yang keluar, jumlahnya dan baunya.
7. Sistem Persarafan
Sistem persarafan pada klien post partum biasanya tidak mengalami gangguan kecuali ada komplikasi akibat dari pemberian anesthesia spinal atau penusukan pada anesthesi epidural dapat menimbulkan komplikasi penurunan sensasi pada ekstremitas bawah. Klien dengan spinal anesthesia perlu tidur flat selama 24 jam pertama. Kesadaran biasanya
8. Sistem Integumen
Cloasma/hyperpigmentasi kehamilan sering hilang setelah persalinan akibat dari penurunan hormon progesterone dan melanotropin, namun pada beberapa wanita ada yang tidak menghilang secara keseluruhan, kadang ada yang hyperpigmentasi yang menetap. Pertumbuhan rambut yang berlebihan terlihat selama kehamilan seringkali menghilang setelah persalinan, sebagai akibat dari penurunan hormon progesterone yang mempengaruhi folikel rambut sehingga rambut tampak rontok.
9. Sistem Muskuloskletal
Selama kehamilan otot abdomen teregang secara bertahap, hal ini menyebabkan hilangnya kekenyalan otot pada masa post partum, terutama menurunnya tonus otot dinding dan adanya diastasis rektus abdominalis. Pada dinding abdomen sering tampak lembek dan kendur dan terdapat luka/insisi bekas operasi, secara berangsur akan kembali pulih, selain itu sensasi ekstremitas bawah dapat berkurang selama 24 jam pertama setelah persalinan, pada klien post partum dengan seksio sesaria, hal ini terjadi bila dilakukan regio anestesi dapat terjadi pula penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh peregangan otot.


BAB III
ISI

A. Adaptasi Fisiologi Orangtua
Ketika kelahiran telah dekat, klien mengalami kegembiraan dengan kelahiran bayi. Perasaan emosi yang tinggi menurun dengan cepat setelah kelahiran bayi, terjadi perubahan psikologis yang cukup kompleks. Kondisi psikologis ibu dipengaruhi pula oleh respon anggota keluarga terhadap kelahiran bayi, sehingga seluruh keluarga, perlu mempersiapkan diri secara psikologis dalam menerima kehadiran anggota keluarga baru. Beberapa adaptasi psikologis anatara lain :
1. Adaptasi Parental
Proses menjadi orang tua
 Yaitu proses pencapaian peran dan perubahan peran yang dimulai selama masa kehamilan
 Orang tua :
 Menciptakan suatu perubahan periode dan ketidak stabilan bagi laki dan perempuan yang memutuskan untuk memiliki anak
 Perempuan lebih banyak pengalaman memberikan kontribusi yang besar pembentukan image diri sebagai seorang ibu yaitu kehamilan ,melahirkan, masa nifas/masa menyusui
Proses menjadi orangtua terjadi sejak masa konsepsi. Selama periode prenatal, ibu merupakan bagian pertama yang memberikan lingkungan untuk berkembang dan tumbuh sebelum anak lahir. Proses menjadi orangtua tidak mudah dan sering menimbulkan konflik dan krisis komunikasi karena ketergantungan penuh bayi pada orangtua. Untuk menjadi orangtua diperlukan komponen yaitu :
a. Kemampuan kognitif dan motorik, merupakan komponen pertama dari respon menjadi orangtua dalam perawatan bayi. (meliputi asuhan pada bayi : misalnya menyusui,menggendong, memandikan, mengganti pakaian, melindungi bahaya)dan asuhan pada diri sendiri
b. Kemampuan kognitif dan afektif, merupakan komponen psikologis dalam perawatan bayi. Perasaan keibuan, kebapakan, dan pengalaman awal menjadi orangtua (pengalaman awal menjadi orang tua dengan cinta kasih penerimaan figur sebagai orang tua selama dan memiliki rasa kepercayaan diri serta perhatian terhadap perkembangan untuk anak dengan kelembutan dan penuh perhatian dalam asuhan bayi)
Proses Peralihan
• Sebagai jalan atau proses waktu yang melibatkan perkembangan gerakan dari kondisi/tempat yang berbeda
• Peralihan memerlukan perubahan besar yaitu :
 Perubahan identitas
 Peran
 Hubungan
 Kemampuan
 Perilaku
Kondisi yang mempengaruhi proses peralihan
 Pemahaman
 Harapan
 Tingkat pengetahuan
 Lingkungan
 Tingkat perencanaan
 Kondisi fisik
 Emosional
2. Fase Maternal
Tiga fase yang terjadi pada ibu post partum yang disebut “Rubin Maternal Phases” yaitu :
a. Taking in (periode ketergantungan)
Fase ini terjadi antara satu sampai tiga hari setelah persalinan dimana ibu berfokus pada diri sendiri, bersikap pasif dan tergantungan secara emosional ibu berusaha untuk mengintegrasikan pengalaman persalinan dalam kehidupannya.
b. Taking hold (fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian)
Terjadi antara ketiga sampai kesepuluh hari setelah persalinan dalam fasi ini secara bertahap tenaga ibu pulih kembali, ibu merasa lebih nyaman, focus perhatian mulai beralih pada bayi, ibu sangat antusias dalam merawat bayinya, mulai mandiri dalam perawatan diri, terbuka pada pengajaran perawatan, saat yang tepat untuk memberi informasi tentang perawatan bayi dan diri sendiri.
c. Letting go (fase mampu sendiri)
Fase ini antara dua sampai empat minggu setelah persalinan dimana ibu mulai menerima peran barunya yaitu sebagai ibu dari bayi yang baru lahir. Ibu melepas bayangan persalinan dengan harapan yang tidak terpenuhi serta mapu menerima kenyataan.
3. Bounding Attachment
Bounding merupakan suatu hubungan yang berawal dari saling mengikat diantara orangtua termasuk orangtua dan anak, ketika pertama kali bertemu. Attachment adalah suatu perasaan ksih sayang yang meningkat satu sama lain setiap waktu dan bersifat unik dan memerlukan kesabaran. Hubungan antara ibu dengan bayinya harus dibina setiap saat untuk memperat rasa kekeluargaan. Kontak dini antara ibu, ayah danbayi disebut bounding attachment melalui touch/sentuhan, kontak mata, dan aroma.
Jam-jam pertama segera setelah kelahiran meliputi suatu masa yang unik yang disebut “masa sensitif ibu”. Dimana keterikatan ini akan terjalin. Agar terjadi suatu keterikatan adalah sangat penting agar ibu dan bayi bisa bersama. Dengan demikian perilaku dapat dilihat dan menandai permulaan dari keterikatan tersebut.
• Bonding : Masa sensitif pada menit pertama dan beberapa jam setelah kelahiran dimana kontak ibu dan ayah ini akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi optimal
• Attachment :Proses penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam perawatannya
Jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain:
1) Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
Catatan :
• Kontak dengan Honeymoon yaitu phase setelah bayi lahir terjadi intimasi dan kontak yang lama antara ibu,ayah dan bayi. Pada masa ini terjadi kontak psikis yang tak memerlukan hal-hal romantis,masing2 saling memperhatikan bayinya dengan menciptakan hubungan yang baru
• Pada saat ini bidan memberikan dorongan kepada pasangan untuk memeriksa bayinya, memberikan komentar positif tentang bayinya dengan meletakkan bayi di pangkuannya
2) Rawat Gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
Catatan :
• Kontak dengan Rooming In yaitu :
– Kontak langsung ibu dan bayinya dengan asuhan gabung di ruang nifas
– Pada saat ini ibu memperhatikan petugas ketika memberikan asuhan bayi
– Petugas memberi contoh asuhan pada bayinya
– Ibu belajar mencoba untuk melakukan asuhan bayi sehari-hari secara fisik, psykho sosial dan spiritrual
– Kegiatan ini memberi manfaat besar meningkatkan ikatan kasih sayang
3) Kontak Mata
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.
Catatan :
• Menyentuh : dengan menyusui, memeluk, membuai, mengusap tubuh dengan lembut
• Kontak mata :
– Dilakukan terus menerus face to face posisi wajah ibu dan bayi sejajar ± 8 inci
– Di Amerika kontak mata memilki efek dalam perkembangan dari hubungan kepercayaan dan faktor enting dalam hubungan anusia dengan segala usia
4) Suara
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka.
5) Aroma
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya.
6) Entrainment
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara.
7) Bioritme
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.
8) Sentuhan
1) Walker( 1992, Sentuhan :
 Kasih sayang yang mengikat
 Kekhususan dan sesuatu yang abadi dari keterkaitan
2) Nilai - nilai untuk memulai sentuhan :
 Kesehatan,emosi orang tua
 Sistem bantuan sosial, mencakup pasangan, teman dan keluarga
 Tingkat kemampuan berkomunikasi dan memberikan peralihan
 Kedekatan orang tua dan bayi
 Orang tua dan bayi sehat
9) Inisiasi Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan segera.
Berhasil atau tidaknya proses bounding attachment ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi sebagai berikut :
a) Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment ini.
b) Tingkat Kemampuan, Komunikasi dan Ketrampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.
c) Dukungan Sosial seperti Keluarga, Teman dan Pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
d) Kedekatan Orangtua ke Anak
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
e) Kesesuaian antara orangtua dan anak (Keadaan anak,jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.
Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.
Namun demikian peran kehadiran seorang ayah dan anggota keluarga yang lain juga dibutuhkan dalam perkembangan psikologis anak yang baik nantinya. Beberapa hal yang dapat dilakukan seorang laki-laki dalam proses perubahan peran menjadi seorang ayah, diantaranya :
1) Ketika ibu hamil, seorang suami akan merasa bangga karena dia akan mempunyai keturunan dan dia akan menjadi seorang ayah.
2) Ketika bayi lahir, maka suami akan merasa bahagia dan juga prihatin yang disebabkan oleh :
• cemas akan biaya persalinan dan perawatan bayinya kelak
• kekhawatiran adanya kecacatan pada bayinya, antara lain: kecewa, gelisah tentang bagaimana perawatan bayi dan bagaimana nasibnya kelak, dan lain sebagainya
• Gelisah tentang kemampuan merawat dan mendidik anaknya (pesimis akan keberhasilannya sebagai seorang ayah)
• Harapan orang tua tidak sesuai dengan kenyataan, khususnya maasalah jenis kelamin.
Standardisasi cara mengevaluasi interaksi orang tua – bayi telah dikemukakan oleh Gray dan asosiasinya pada tahun 1975.

Terdiri dari tiga observasi yang dibuat di ruang bersalin selama dan segera setelah bayi lahir dan kembali selama dua samapi tiga hari periode post partum. Nilai 1-4 diberikan dalam setiap observasi dan nilai tersebut dijumlahkan dalam setiap periode. Interaksi yang sangat positif akan memberikan nilai 10 sampai 12 untuk setiap periode. Interaksi sangat negatif akan memberikan skor 3-6. Konseling tindak lajut bagi orang tua dengan skor yang rendah merupakan indikasi untuk mencegah penyalahgunaan akan dan megajarkan cara pengasuhan anak.
4. Adaptasi Ayah
Hubungan ayah dan bayinya adalah ungkapan yang digunakan untuk penyerapan, kesenangan dan ketertarikan ayah terhadap bayinya (keterikatan). Kemampuan ayah dalam beradaptasi dengna kelahiran bayi dipengaruhi oleh keterlibatan ayah selama kehamilan, partisipasi saat persalinan, struktur keluarga, identifikasi jenis kelamin, tingkat kemampuan dalam penampilan dan latar belakang cultural. Ciri-Cirinya adalah dapat memberikan rangsangan dengan sentuhan dan kontak mata, berkomunikasi dan ciri-ciri yang sama dengan dirinya, menegaskan bahwa bayi itu adalah bayinya. Pengaruh peran ayah antara lain:
• Bertambah tanggung jawabnya dari masa sebelum ibu hamil dibanding dengan masa post partum
• Penyesuaian diri antara ORTU dengan bayi
 Modulasi
 Modifikasi tingkah laku yang berhubungan dengan sosial
 Orang Tua dan Bayi sebagai respon
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Respon ORTU:
• Umur : Ibu.Ayah yang terlalu muda
• Kesiapan berumah tangga kurang
• Dukungan sosial suami, keluarga kurang
• Ekonomi rendah
• Pengetahuan rendah
• Kurang informasi kesehatan
• Budaya yang bertentangan dengan kesehatan kuat
5. Adaptasi Sibling
Biasanya kelahiran adik atau bayi dapat menjadi suatu perubahan pada sibling atau saudara, anak pertama le bih ingin mempertahankan dirinya lebih tinggi dari adik barunya.
B. Perilaku Orangtua dalam Ikatan Kasih Sayang
1. Perilaku yang memfasilitasi
• Mantap mencari ciri khas anak
• Kontak mata
• Memberi perhatian
• Menganggap anak sebagai individu yang unik
• Menganggap anak sebagai anggauta keluarga
• Memberikan senyuman
• Mengajak berbicara/ bernyanyi
2. Pada waktu anak balita dan remaja:
• Menunjukkan kebanggaan pada anak
• Mengajak anak pada acara keluarga dari fihak ibu dan bapak
• Memahami perilaku anak
• Memenuhi kebutuhan anak
• Bereaksi positif terhadap perilaku anak
• Selalu berkomunikasi verbal non verbal
3. Perilaku penghambat
• Menjauh dari anak
• Tidak memperdulikan kehadirannya
• Menghibut, menolak untuk menyentuh anak
• Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain
• Tidak memberi nama yang bagus
• Memanggila bukan nama yang sebenarnya
• Menggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukainya
• Tidak komunikasi verbal non verbal misal: tidak menyentuh, tidak menggenggam jari
• Terburu waktu menyusui dan tdk konsentrasi
• Menunjukkan kekecewaan
• Tidak segera memenuhi kebutuhan fisik psykhososial spiritual
Tanggung jawab dan Tugas orang tua pada anak
• Dengan :
– Merawat anak
– Memberikan perhatian
– Menjadi rekan pada anak
• Penyesuaian Diri menjadi ORTU dengan 3 tahapan :
– Tahap I : - Harapan
– Tahap II : - Kenyataan
– Tahap III : - Peralihan menjadi Kepala Keluarga

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Bounding Attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain: Pemberian ASI ekslusif; Rawat Gabung; Kontak Mata; Suara; Aroma; Entrainment; Bioritme; Sentuhan; Inisiasi Dini.
Bounding Attachment dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya Kesehatan emosional orang tua; Tingkat Kemampuan, Komunikasi dan Ketrampilan untuk merawat anak; Dukungan Sosial seperti Keluarga, Teman dan Pasangan; Kedekatan Orangtua ke Anak; Kesesuaian antara orangtua dan anak (Keadaan anak,jenis kelamin).

B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan adalah :
1. Pentingnya pengetahuan yang dimiliki oleh seorang bidan tentang bounding attachment supaya bisa mendampingi ibu pada masa nifas.
2. Pentingnya dukungan keluarga dan orang-orang terdekat pada ibu di masa nifas

DAFTAR REFERENSI

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.2002.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiirohardjo.

Manajemen Laktasi, cetakan ke-2.2004.Jakarta:Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia

Mary, Hamilton.1995. Dasar – Dasar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC

Soetjiningsih,dr.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta:EGC

Varney, H.1997.Varney’s Midwifery Third Edition._Jones and Bartlett. New York

http://gembilgembul.blogspot.com

http://www.ayahbunda-online.com/info_detail.asp?id=kehamilan&info_id=348

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN DEMAM

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN DEMAM
DI BPS KASIH BUNDA
Jalan Kemangi No.10 Yogyakarta

NO. REGISTER : 110-10
MASUK BPS TANGGAL, JAM : 31 Mei 2010, jam 10.00 WIB
DIRAWAT DI RUANG : Ruang Periksa
PENGKAJIAN DATA OLEH : Bidan Helena
Tanggal/Jam : 31 Mei 2010, jam 10.00 WIB

SUBYEKTIF
Biodata Anak Ibu Suami
1. Nama : An. J Ny. N Tn. D
2. Umur : 1.5 bulan 25 tahun 28 tahun
3. Agama : Islam Islam Islam
4. Suku/Bamgsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
5. Pendidikan : - D3 SI
6. Pekerjaan : - Guru Guru
7. Alamat : Jl.Widuri No.3YK Jl.Widuri No.3YK Jl.Widuri No.3YK
8. No. telp : - - 081234765467

A. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan datang/kunjungan :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kondisi bayinya.
2. Keluhan utama :
Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah 3 hari demam dan rewel.
3. Riwayat perkawinan :
Ibu mengatakan pernikahan ini adalah pernikahan yang pertama dan syah pada umur 22 tahun dan suami umur 25 tahun, lama pernikahan ± 3 tahun.
4. Riwayat obstetric
P1 A0 Ah1
5. Riwayat Kehamilan Ini :
Ibu mengatakan pada kehamilan ini ibu rutin memeriksakan kenamilannya. Frekuensi periksa pada TM 1 adalah 3 kali, TM 2 adalah 3 kali, dan pada TM 3 periksa kehamilan 6 kali. Ibu mengatakan imunisasi TT sudah lengkap dan teratur.
Ibu mengatakan frekuensi makan saat hamil 2-3 kali sehari dengan porsi sedang, macamnya nasi, sayuran dan lauk pauk bervariasi dengan tidak ada keluhan. Frekuensi minum 18 gelas sehari, jenisnya air putih, teh dan sirup, susu. Ibu mengatakan saat hamil frekuensi BAB setiap hari, konsistensi lunak, warna kekuningan, bau khas dan tidak ada keluhan. Frekuensi kencing ± 14 kali sehari dalam bentuk cair, warna kuning jernih, bau khas dengan keluhan sering kencing.
6. Riwayat Persalinan Ini :
Ibu mengatakan melahirkan pada tanggal 15 April 2010 pukul 05.00 WIB, di tempat BPS Sakinah, ditolong oleh bidan Dani dengan persalinan normal.
7. Keadaan Bayi Baru Lahir :
Ibu mengatakan bayinya lahir spontan tanggal 2 Desember 2008 pukul 05.00 WIB, dengan BB/TB lahir 2900 gram/ 46 cm, jenis kelamin laki-laki yang memiliki waktu tidur ± 16 jam/hari. Ibu mengatakan lama tidur bayi saat ini adalah ± 15 jam/hari.
8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari pada Bayi :
• Pola Nutrisi
Ibu mengatakan bayinya menyusu ± 7 kali/hari lamanya ± 15 menit dengan keluhan sering rewel saat menyusu.
• Pola Eliminasi
BAK : Ibu mengatakan bahwa bayinya BAK ± 9 kali/hari dan BAK pada 24 jam pertama setelah lahir adalah ± 10 jam pertama setelah lahir, dalam bentuk cair, warna jernih kekuningan, bau khas, dan tidak ada keluhan.
BAB : Ibu mengatakan bayinya BAB ± 2 kali/hari dalam bentuk lunak, warna kuning kecoklatan, bau khas, dan tidak ada keluhan. Bayi BAB pada 24 jam pertama setelah lahir yaitu pada 8 jam pertama setelah lahir dalam bentuk lembek sedikt cair, warna hitam kehijau-hijauan, bau khas , dan tidak ada keluhan.
• Aktifitas :
Ibu mengatakan bahwa bayinya kurang aktif bergerak dan perkembangannya agak terlambat tidak sesuai dengan umurnya.
• Personal Hygiene :
Ibu mengatakan bahwa ibu merawat bayinya dengan baik. Memandikan bayinya 2 kali sehari dengan sabun bayi, mengkramasi rambut bayinya 2 hari sekali karena ibu takut memegang kepala bayinya. Ibu memotong kuku bayinya segera saat sudah terlihat panjang, membersihkan telinga bayinya setelah bayi keramas, membersihkan hidung bayinya segera saat hidung bayinya sudah kotor. Ibu mengatakan membersihkan alat kelamin dan dubur bayinya dengan segera setelah bayinya BAK dan BAB.
9. Riwayat Post Partum :
Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
• Pola tidur dan istirahat :
Ibu mengatakan tidur ± 6 jam perhari dengan keluhan sering bangun karena bayinya rewel.
• Pola Eliminasi :
BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari dalam bentuk lunak, warna kuning, bau khas dan tidak ada keluhan.
BAK : Ibu mengatakan frekuensi kencing ± 10 kali sehari dalam bentuk cair, warna kuning jernih, baunya khas dengan tidak ada keluhan.
• Pola Nutrisi :
Pola makan : Ibu mengatakan frekuensi makan 2-3 kali sehari, porsi sedang dengan macam nasi, sayuran dan lauk pauk, tidak ada keluhan.
Pola minum : ibu mengatakan frekuensi minum ± 8 gelas sehari, porsi 1 gelas penuh, dengan macamnya air putih, teh anget, sirup, susu. Tidak ada keluhan.
• Pola Aktifitas :
Ibu mengatakan kegiatan ibu sehari-hari adalah merawat bayinya sendiri dengan dibantu suaminya dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, memasak, mencuci pakaian dan piring dan membersihkan rumah. Pekerjaan ibu adalah sebagai ibu rumah tangga. Ibu mengatakan bahwa ibu melakukan senam nifas atau olah raga setelah melahirkan. Tidak ada keluhan dengan kegiatan sehari-harinya.
• Pengalamam Menyusui :
Ibu mengatakan belum pernah mempunyai pengalaman menyusui karena anak ini merupakan anak pertamanya.
• Kebiasaan Menyusui :
Ibu mengatakan posisi saat menyusui dengan digendong, dipangku, dan sambil tiduran. Lama menyusui 15 menit. Ibu juga mengatakan bahwa dirinya melakukan perawatan payudara, dengan keluhan bayi rewel ditengah-tengah menyusu.
10. Riwayat Kesehatan :
Ibu mengatakan bahwa dirinya, suami, dan keluarga tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit yang menular dan menurun seperti penyakit gula, jantung, tekanan darah tinggi, kanker, tumor, dan asma.
11. Riwayat Psikososialspiritual :
Ibu mengatakan orang terdekat ibu adalah suami yang tinggal serumah dengan ibu. Keluarga dari ibu dan suami selalu memberikan dukungan positif pada ibu dan ikut membantu memperhatikan keadaan bayinya. Ibu mengatakan bahwa ibu dan suami rutin melaksanakan sholat 5 waktu, ibadah lainnya, dan selalu berdoa untuk kesembuhan bayinya. Ibu selalu mengajak bayinya keluar rumah setiap pagi dan kemarin pernah diajak ke tempat saudara yang berisiko rendah malaria.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : kurang kesadaran : composmetis
b) Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmhg
Nadi : 90 x per menit
Suhu : 38,5 ° c
Pernapasan : 30 x per menit
c) Antropometri
BB/TB : 3500 gram/51 cm
LK : 45 cm
LD : 40 cm
b. Pemeriksaan fisik ( inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi )
a) Kepala dan leher
Bentuk kepala : simetris
Rambut : pertumbuhan rambut banyak
Oedem wajah : tidak ada oedem pada wajah
Mata : tidak bengkak, konjungtiva merah muda, sclera putih.
Mulut : tidak ada palatoskisis, tidak sianosis, tidak ada sariawan.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis, dan kelenjar limfa.
b) Payudara
Bentuk : simetris
Benjolan : tidak ada benjolan di kedua payudara
Puting susu : tidak menonjol
Pengeluaran : tidak ada pengeluaran cairan dari puting susu.
Keluhan : tidak ada keluhan pada payudara.
c) Abdomen
Bekas luka : tidak ada bekas luka operasi pada abdomen
Bentuk : perut terlihat membuncit
Pusar : tidak ada hernia umbilikalis
d) Tangan dan kaki
Oedem : tidak ada oedem pada tangan dan kaki
Varises : tidak ada varises pada tangan dan kaki
Reflek patella : kurang aktif pada reflek tangan dan kaki
Kuku : pendek dan bersih
e) Genetalia luar
Oedem : tidak oedem pada genetalia luar
Varises : tidak ada varises pada genetalia luar
Bekas luka : tidak ada bekas luka operasi
Penis : berlubang
Testis : normal
f) Anus : tidak ada hemoroid dan tidak ada atresia ani
2. Data penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
 Darah, tanggal 5 Mei 2009, pukul 10.15 WIB
Hasil : Hb 11 gr%, golongan darah : O
 Urin, tanggal 5 Mei 2009, pukul 10.15 WIB
Hasil : tidak ada protein dalam urin
b. Pemeriksaan penunjang lainnya :
Tidak dilakukan karena fasilitas tidak menunjang dengan kondisi bayi sehingga harus dirujuk.
c. Catatan medik lainnya
Riwayat imunisasi : HB 1, BCG, DPT 1 sudah dilakukan dengan jadwal yang sudah ditentukan
Riwayat pemberian vitamin A : bayi sudah diberi vitamin A setiap datang ke Posyandu.
Riwayat pemberian vitamin K : vitamin K sudah diberikan pada bayi segera setelah 1 jam bayi lahir.
Riwayat pemberian salep mata antibiotik profilaksis : sudah diberikan pada saat bayi baru lahir.

ASSESMENT
Bayi laki-laki ( J ) umur 1.5 bulan dengan Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat.

PLANNING tanggal, 31 Mei 2010, jam 10.25 WIB
1. Memberitahukan pada ibu bayi tentang hasil pemeriksaan pada bayinya.
Keadaan umum : kurang kesadaran : composmetis
Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmhg
Nadi : 90 x per menit
Suhu : 38,5 ° c
Pernapasan : 30 x per menit
Antropometri
BB/TB : 3500 gram/51 cm
LK : 45 cm
LD : 40 cm
 Ibu mengerti tentang penjelasan bidan mengenai kondisi bayinya.
2. Mencegah supaya gula darah bayi tidak turun dengan cara ibu diminta tetap aktif menyusui bayinya.
 Ibu mengerti tentang anjuran bidan dan akan melaksanakannya
3. Memberi dosis pertama antibiotik intramuskular Ampisilin dengan dosis 0.8 ml
 Ibu mengerti dan bersedia bayinya disuntik
4. Memberi pengertian kepada ibu bahwa bayinya harus dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas memadai untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut.
 Ibu mengerti penjelasan bidan dan setuju apabila bayinya dirujuk untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut.
5. Menganjurkan pada ibu untuk selalu berdoa untuk kesembuhan dan kelancaran penyembuhan bayinya.
 Ibu mengerti dan akan selalu berdoa untuk kesembuhan bayinya.
6. Memberitahukan ibu agar tidak enggan untuk menanyakan dan minta bantuan kepada bidan meskipun bayi sudah dirujuk ke pelayanan yang lebih tinggi.
 Ibu mengerti dan akan melaksanakannya.
7. Menyertakan surat rujukan pada saat mengantar bayi dan ibunya.
8. Melakukan pendokumentasian atas asuhan yang telah diberikan pada ibu dan bayi.
 Sudah dilakukan

Yogyakarta, 31 Mei 2010
Ttd


Bidan Helena

LABIOSKIZIS

LABIOSKIZIS
OLEH ELLA FISICA DEVINDHA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Cacat bawaan merupakan suatu keadaan cacat lahir pada neonatus yang tidak diinginkan kehadirannya oleh orang tua maupun petugas medis. Perhatian kita terhadap cacat bawaan masih sangat kurang, sedangkan negara kita saat ini telah berhasil dalam program KB serta telah memasyarakatkan NKKBS, maka pada zaman sekarang ini masalah kualitas hidup anak merupakan prioritas utama bagi Program kesehatan Nasional. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup anak adalah cacat bawaan
Laporan dari beberapa penelitian dari dalam maupun dari luar negeri angka kejadian cacat bawaan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Angka kematian bayi baik didalam maupun diluar negeri dari tahun ketahun semakin lama semakin turun , tetapi penyebab kematian mulai bergeser. Sebelumnya penyebab kematian pada bayi sebagian besar disebabkan masalah sepsis, asfiksia, dan sindrom distres nafas, maka akhir-akhir ini mulai bergeser pada masalah cacat bawaan, begitu juga penyebab kematian anak-anak yang tadi nya masalah nutrisi dan infeksi sangat dominan, tetapi masalah cacat.
Cacat bawaan adalah keadaan cacat yang terjadi sebelum terjadi kelahiran. Istilah anomali kongenital adalah cacat fisik maupun non fisik, sedangkan malformasi dan dismorfi kongenital diartikan berupa cacat fisik saja.
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin
Morbilitas perkotaan yang tinggi, gaya hidup yang terus berkembang, penurunan tingkat kesehatan lingkungan, peningkatan pencemaran menjadi penyebab kelainan dan penyakit bawaan pada bayi.
Kelainan tersebut, di antaranya bibir sumbing dan kelainan bawaan ringan lainnya seperti tumbuhnya jari tambahan di ujung-ujung jari utama atau daging yang tumbuh di luar telinga dan lain-lain. Ada beberapa penyakit atau kelainan pada anak yang dibawa sejak lahir. Kelainan bawaan ini ada yang ringan, seperti bibir sumbing, kelainan pada kulit, kelopak mata, atau telinga, tapi ada juga yang berat, seperti jantung, ginjal, hemofilia, dan lain-lain. Penyebabnya pun bermacam-macam, bisa karena virus, atau kekurangan vitamin tertentu, bisa juga karena keturunan. Kelainan yang terjadi saat seorang ibu melahirkan dikategorikan ringan karena risikonya tidak begitu membahayakan. Sedangkan dikategorikan berat karena risikonya lebih besar. Walaupun ringan, kelainan bawaan seperti bibir sumbing akan sangat mengganggu, terutama pada penampilan.
Timbulnya kelainan bawaan pada bayi terbagi dalam dua faktor. Selain faktor keturunan atau genetika, kelainan bawaan ini bisa disebabkan kurangnya vitamin tertentu seperti asam folat yang menyebabkan bibir anak menjadi sumbing. Selain itu, menurut Karmini, infeksi yang menyerang ibu hamil dan adanya kelainan selama kehamilan seperti hipertensi, diabetes, dan pra-eklampsia juga menjadi salah satu penyumbang terjadinya kelainan bawaan pada anak.
Kelainan yang merupakan bawaan sejak lahir yang sangat meresahkan orangtua adalah bibir sumbing. Selain mengenai bibir juga bisa mengenai langit-langit. Kelainan sumbing langit-langit lebih berefek kepada fungsi mulut seperti menelan, makan, minum, dan bicara. Bibir sumbing (cleft lip atau labioschizis) adalah suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan adanya celah pada bibir, gusi, dan langit-langit yang dapat timbul sendiri atau bersamaan.
Insiden dari celah pada bibir (sumbing) atau langit-langit berkisar dari 1:600- 1:1250 kelahiran. Faktor-faktor genetic mempunyai arti lebih penting pada bibir sumbing yang disertai maupun tanpa celah pada langit-langit bila dibandingkan dengan peranannya pada langit-langit bercelah. Fungsi-fungsi rongga mulut pada sebagian besar tergantung kemampuannya membentuk suatu kompartemen tertutup dan kosong. Kemampuana lidah dan langit-langit di butuhkan untuk tugas penutupan tersebut. Defisiensi-defisiensi anatomis maupun fungsional akan mengganggu kemampuan bicara normal, menelan cairan dan proses mengunyah.
Bibir sumbing dengan atau tanpa celah pada langit-langit lebih sering dijumpai pada laki-laki, sementara celah pada langit-langit lebih sering ditemukan pada perempuan. Terdapat peningkatan insiden pada malformasi kongenital yang berhubungan dan gangguan dalam intelektual anak-anak yang lahir dengan cacat tersebut, keduanya lebih sering ditemukan dengan celah pada langit-langit saja. Temuan-temuan ini sebagian dapat diterangkan dnegan adanyapeningkatan insiden gangguan pendengaran pada anak-anak dengan celah pada langit-langit dan seringnya bibir sumbing diantara anak-anak dengan abnormalitas kromosom.
Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Sebaliknya dengan kermajuan tehnologi kedokteran,kadang- kadang suatu kelainan kongenital telah diketahui selama kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital besar pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditetemukannya kelainan kongenital besar di tempat lain sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.
Angka kejadian kelainan kongenital yang besar berkisar 15 per i000 kelahiran angka kejadian ini akan menjadi 4-5% biIa bayi diikuti terus sampai berumur 1 tahun. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (I975-1979), secara klinis ditemukan angka kejadian kelainan kongenital sebanyak 225 bayi di antara 19.832 kelahiran hidup atau sebesar 11,6I per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Rumah Sakit Dr. Pirngadi, Medan (1977-1980) sebesar 48 bayi (0,33%) di antara 14.504 kelahiran bayi dan di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada (1974-1979) sebesar 1.64da tri 4625 kelahiran bayi. Angka kejadian dan jenis kelainan kongenital dapat berbeda-beda untuk berbagai ras dan suku bangsa, begitu pula dapat tergantung pada cara perhitungan besar keciInya kelainan kongenital

B. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Labiopalatoskizis.
2. Mengetahui cara pengobatan Labiopalatoskizis.
3. Mengetahui bagaimana peran orang tua yang memiliki anak yang mengalami Labiopalatoskizis.




BAB II
LANDASAN TEORI

A. BIBIR SUMBING
Bibir sumbing (cleft lip atau labioschizis) adalah suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan adanya celah pada bibir, gusi dan langit-langit yang dapat timbul sendiri atau bersamaan.
• MANIFESTASI KLINIS.
Bibir sumbing dapat bervariasi dari suatu lekukan kecil pada batas bagian merah bibir hingga pemisahan sempurna yang terbentang hingga kedasar hidung. Celah-celah dapat terjadi unilateral (lebih sering pada sisi kiri) atau bilateral dan biasanya mengenai jembatan alveolar. Geligi yang cacat, berjumlah banyak atau tidak terdapat geligi merupakan anomaly yang berhubungan. Celah-celah bibir pada tulang rawan cuping hidung sering berhubungan dengan defisiensi kolumela dan tulang vomer yang memanjang sehingga mengakibatkan penonjolan permukaan anterior celah prosesus maksilaris.
Celah-celah pada langit-langit dapat terjadi secara sendiri atau berhubungan dengan bibir sumbing. Celah pada langit-langit yang terpisah terjadi pada garis tengah dan dapat hanya mengenai uvula saja atau terbentang ke dalam atau melalui bagian langit-langit lunak dan keras ke foramena insisivus. Jika berhubungan dengan bibir sumbing, maka cacar tersebut dapat mengenai langit-langit lunak langit-langit dan membentang hingga ke langit-langit keras pada 1 atau kedua sisi, sehingga memperlihatkan 1 atau kedua rongga hidung sebagai celah langit-langit uniteral atau bilateral.
Dapat terjadi berbagai derajat malformasi, mulai dari takik yang ringan pada tepi bibir dikanan atau dikiri garis tengah, sampai sumbing yang lengkap berjalan hingga ke hidung. Terdapat variasi lanjutan dari cacat yang melibatkan palatum.
• PENGOBATAN
1. Prinsip Pengobatan Dan Manajemen Perawatan
Tujuan adalah untuk memulihkan struktur anatomi, mengkoreksi cacat dan memungkinkan anak mempunyai fungsi yang normal dalam hubungannya dengan menelan, bernapas, dan berbicara. Tujuan ini dicapai dengan intervensi bedah dan pembedahan biasanya dilakukan ketika anak berumur sekitar 3 bulan, kendatipun pada beberapa pusat rujukan dilakukan segera setelah lahir.
a. Perawatan Prabedah
- Ditegakkannya pemberian makanan
Pemberian makanan pertama kali sukar tetapi hal ini tergantung pada derajat deformitas.
- Antibiotika diberikan untuk menjamin bahwa masa pasca bedah tidak mengalami bahaya oleh mikroorganisme yang sudah ada, atau masuk selama masa bedah dan pasca bedah.
- Melihat persiapan pra bedah umum.
b. Perawatan Pasca Bedah
- Melihat secara rutin
- Manajemen spesifik
2. Imobilisasi
Imobilisasi lengan merupakan suatu aspek penting dari perawatan. Ini untuk mencegah bayi menyentuh garis jahitan.
3. Sedasi
Anak yang menangis dapat meningkatkan tegangan pada garis jahitan. Walaupun tegangan sering kali dikurangi dengan menggunakan suatu peralatan, seperti busur logam, kendatipun denikian dianjurkan sejumlah sedasi.
4. Pembalutan Garis Sedasi
Garis jahitan biasanya ditinggal tanpa penutup dan kebersihan dipertahankan dengan mengelap area dengan air steril atau salin setelah habis makan. Jahitan dibuka antara hari kelima dan kedelapan.
5. Pemberian makanan
Dapat segera dimulai setelah bayi sadar dan reflek menelan ditegakkan.
Jika terdapat kelainan susunan arkus dentis, suatu lempeng ortodental harus di insersikan. Ini mempunyai 2 fungsi:
1) Membantu memperbaiki susunan dari arkus pada saat bayi berumur 3 bulan dan siap memperbaiki bibir.
2) Mempermudah menghisap.
Masalah yang muncul bagi seorang bayi yang lahir dengan bibir sumbing dengan atau celah pada langit-langit adalah bagaimana caranya untuk memberikan makanan yang mencukupi dan mencegah aspirasi serta infeksi. Penatalaksaanaan kebanyakan pada bayi terdiri atas pemberian makanan dalam kedudukan berdiri tegak serta mempergunakan dot yang telah dilunakan dan lubang-lubang diperbesar. Pada beberapa keadaan terdapat indikasi untuk mempergunakan penetes obat atau pemberian makanan melalui sonde lambung. Dot kusus langit-langit plastic biasanya tidak diperlukan, tetapi dapat menolong untuk beberapa bayi.
Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah berumur 1-2 bulan, setelah memperlihatkan penambahan berat badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi mulut, saluran napas atau sistemis. Z-plasti, teknik pembedahan yang paling sering dipergunakan meliputi garis jahitan miring untuk memperkecil lekukan pada bibir akibat tarikan oleh jaringan parut. Suatu klem logan (sebuah busur kawat yang dilekatkan pada kedua pipi dengan perekat) segera digunakan setelah pembedahan selesai untuk mengurangi ketegangan pada garis jahitan. Perbaikan awal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus pembedahan perbaikan pada hidung hendaknya ditunda hingga penderita mencapai usia pubertas. Hasil kosmetis tergantung luas cacat pada awalnya, tidak adanya infeksi dan ketrampilan ahli bedah.
Karena celah-celah pada langit mempunyai ukuran, bentuk dan derajat cacat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan perbaikan harus disesuaikan bagi masing-masing penderita. Kriteria-kriteria : seperti lebar celah, segmen-segmen langit yang adekuat, morfologi daerah sekitarnya ( misal lebarnya orofaring) maupun fungsi neuromuskuler langit-langit lunak serta dinding faring, akan menentukan keputusan yang diambil. Tujuan pembedahan adalah untuk menyatukan celah segmen-segmen, pembicaraan yang dapat dimengerti serta menyenagkan dan menghindari terjadinya jejas pada maksila yang sedang tumbuh. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun, tergantung dari kebutuhan.
B. PALATOSKIZIS
Tindakan pembedahan secara umum dilakukan sebelum anak memulai berbicara.
• GAMBARAN KLINIS
Makan dan berbicara menjadi sulit. Regurgitasi makanan menimbulkan masalah pernafasan inhalasi susu dapat mengarah pada iritasi dari jaringan paru-paru dan infeksi pernafasan berulang. Palatum diperlukan untuk makan dan fonasi. Penutupan bedah dilakukan pada usia 15 bulan.
• PENGOBATAN
1. Prinsip pengobatan dan managemen perawatan
a. Perawatan pra bedah
- Ini bertujuan untuk menegakkan pemberian makanan yang memuaskan pada anak. Suatu protesis dibuat untuk menutup sumbing dalam usaha untuk memungkinkan tidak terjadinya regurgitasi dari makanan dan susu.
- Anak masuk satu sampai dua hari sebelum pembedahan untuk membiasakan anak dengan lingkungan rumah sakit. Kapan saja kemungkinan, ibu harus tinggal bersama anak untuk mengurangi trauma.
- Harus diberikan antibiotika dan setiap infeksi yang ada harus dihilangkan sebelum pembedahan.
- Persiapan bedah rutin.
b. Perawatan pasca Bedah
- Perawatan pasca bedah rutin.
- Perawatan specific.
2. Imobilisasi
Lengan harus ditahan untuk menjegah kerusakan terhadap perbaikan
3. Nutrisi
Diit pacsa bedah harus langsung terdiri dari cairan jernih, missal: minuman glucose. Sekali ditegakkan diit normal harus terdiri dari makanan lunak disusul dengan air steril. Makanan keras dan manisan harus diberikan selama 2 atau 3 minggu setelah pembedahan.
4. Pengangkatan jahitan
Hal ini biasanya dilakukan di kamar bedah dibawah sedasi antara hari ke 8-10.
5. Terapi bicara
Jika bicara tidak berkembang secara memuaskan maka diberikan terapi bicara.
C. LABIOPALATOSKIZIS
Labioskizis/Labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan serta samping muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. faktor tersebut antara lain , yaitu :
1. Factor Genetik atau keturunan
Dimana material genetic dalam kromosom yang mempengaruhi/. Dimana dapat terjadi karena adaya adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex ( kromosom 1 s/d 22 ) dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
2. Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil, kekurangan asam folat.
3. Radiasi
4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
5. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella dan Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia
6. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin
7. Multifaktoral dan mutasi genetic
8. Diplasia ektodermal
Kelainan konginetal sumbing sering kali member trauma psikologi pada orangtuanya segera setelah melihat bayinya yang dilahirkannya, apalagi kalau terjadi kelainan labiongnatopalatoskizis.Umumnya akan timbul 3 pertanyaan dari orang tuanya yakni : mengapa terjadi demikian,apa yang dapat / harus dikerjakan untuk bayinya, dan apakah kelainan ini akan dapat terjadi lagi pada kehamilan berikutnya.
Patofisiologi labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial diikuti disrupsi kedua bibir , rahang dan palatum anterior.Masa kritis fusi tersebut terjadi sekitar minggu ke 6 pascakonsepsi. Palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan spetum nasi.Gangguan fusi palatum durum serta palatum mole terjadi sekitar kehamilan minggu ke 7 sampai 12.Pada sindrom piere robin ( kelainan bertingkat) sempitnya mandibula akan menyebabkan prolapsus lidah ke dalam celah palatum sehingga mengganggu fusi palatum secara normal.Pada sindrom ini sering ditemukan adanya palatoskizis.Angka kejadian kelainan kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan meruoakan salah satu kelainan congenital yang sering ditemukan. Kelainan ini berwujud sebagai labioskizis disertai palatoskizis (50%), labioskizis saja (25%) dan palatoskizis saja (25%). Umumnya kelainan congenital ini berdiri sendiri dan penyebabnya tidak diketahui dengan jelas. Selain itu dikenal beberapa sindrom atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum, atau keduanya yang disebut kelompok sindromic clefts dan kelompok sumbing yang berdiri sendiri non;syndromic clefts. Beberapa contoh syndromic clefts adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom ( trisomi 13, 18, atau 21), mutasi genetic ( lip-pit syndrome), atau kejadian sumbing yang berhubungan dengan akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan alkohol, terapi fenitoion, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada sindrom Pierre Robin). Penyebab non-syndromic clefts dapat bersifat multifaktoral, seperti masalah genetik dan pengaruh lingkungan. Pada sekitar 20% dari kelompok ini ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam keturunan.Kejadian ini mungkin disebabkan adanya faktor toksik dan lingkungan yang mempengaruhi gen pada periode fusi kedua belahan tersebut;pengaruh toksik terhadap fusi yang telah terjadi tidak akan dapat memisahkan lagi belahan tersebut.
TABEL RISIKO KEJADIAN SUMBING PADA KELUARGA NON SYNDROMIC CLEFTS
Risiko sumbing pada anak berikutnya Risiko labioskizis dengan atau tanpa palatoskizis (%) Risiko palatoskizis (%)
- Bila ditemukan satu anak anak menderita sumbing
- Suami istri dan dalam keturunan tidak ada yang sumbing
- Dalam keturunan ada yang sumbing
- Bila ditemukan dua anak menderita sumbing
- Salah satu orangtuanya menderita sumbing

- Kedua orangtuanya menderita sumbing

2 – 3

4 – 9

14

12
30

2

3 – 7

13

13
20

Pada non-syndromic clefts kelainan palatoskizis saja atau labioskizis dengan atau tanpa palatoskizis saling berdiri sendiri. Oleh karena itu kemungkinan terjadinya labioskizis berikutnya pada saudara kandung dari seorang anak penderita palatoskizis saja tidak atau jarang sekali terjadi.Labioskizis pada umumnya ditemukan di bibir kiri dan lebih sering ditemukan pada bayi lelaki daropada bayi perempuan ( rasio 6 : 4 ).palatoskizis saja lebih sering ditemukan pada bayi perempuan, hal ini mungkin disebabkan fusi palatum pada fetus perempuan lebih lambat beberapa minggu.
Penatalaksanaan sumbing adalah tindakan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan tekhnik bedah kosmetik serta kerjasama yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT, serta ahli wicara maka hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringannya kelainan yang ada, maka tindakan bedah maupun tindakan ortodontik dilakukan secara bertahap. Penutupan labioskisis biasanya dilakukan pada umur 3 bulan, sedangkan palatoskizis biasanya ditutup pada umur 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara. Diperkirakan sekitar 10% penderita palatoskizis dapat mengganggu pertumbuhan anatomi nasofaring dan sering mengakibatkan disfungsi tuba Eustachii yang dapat mengakibatkan pula terjadinya otitis media,conge,serta gangguan pendengaran,maka kerjasama dengan pihak THT sangat diperlukan. Massa kelenjar adenoid dapat ikut membantu agar udara tidak masuk ke dalam hidung melalui farings, sehingga pada penderita palatoskizis sebaiknya tidak dilakukan pengangkatan kelenjar adenoid.Tahapan tindakan ortodontik beriktnya diperlukan pula untuk perbaikan gigi dan gusi.Pendekatan kepada orangtua sangat penting agar mereka mengetahui masalah dan tindaka yang diperlukan untuk perawatan anaknya.Masalah pemberian minum perlu diperhatikan karena bayi demikian mempunyai reflex menelan yang baik tetapi reflex menghisap yang terganggu akibat adanya palatoskizis.Pada sumbing langit-langit akan timbul kesukaran mengisap pada bayi serta sering terjadi refluks susu kedalam hidung yang menimbulkan distress kepada bayi.Sebaiknya dipaki botol peras untuk mengatasi gangguan mengisap ini dengan dot yang panjang.Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh dibagian belakang mulut hingga dapat diisap bayi.Dengan banuan ortodontis dapat pula dibuaat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum dan sekaligus membantu mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan definitive.Pemberian air susu ibu secara langsung dapat pula diupayakan kalau ibu mempunyai reflex memancarkan air susu dengan baik, yang mungkin dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara.

BAB III
PEMBAHASAN

Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali.
Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang diikuti disfusi kedua bibir, rahang, dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum durum serta palatum mole terjadi sekitar kehamilan ke-7 sampai 12 minggu.
A. Klasifikasi
1. Berdasarkan organ yang terlibat
a. Celah di bibir (labioskizis)
b. Celah di gusi (gnatoskizis)
c. Celah di langit (palatoskizis)
d. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ mis = terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis)
2. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk
Tingkat kelainan bibr sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
B. GEJALA DAN TANDA
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
1. Terjadi pemisahan langit-langit.
2. Terjadi pemisahan bibir.
3. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit.
4. Infeksi telinga berulang.
5. Berat badan tidak bertambah.
6. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya iar susu dari hidung.
C. DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah karena pada celah sumbing mempunyai ciri fisik yang spesifik. Sebetulnya ada pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan janin apakah terjadi kelainan atau idak. Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhya spesifik. Ibu hamil dapat memeriksakan kandungannya dengan menggunakaan USG.
D. KOMPLIKASI
Keadaan kelaianan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi karenannya, yaitu ;
1. Kesulitan makan; dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah palatum. memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing
2. Infeksi telinga dan hilangnya ikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkan telingan tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi makan akan kehilangan pendengaran.
3. Kesulitan berbicara. Otot-otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya celah. Halini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya.
4. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi timbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh, sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus.
E. PENATALAKSANAAN
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten)yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/ui.
1. Perawatan
a. Menyusu ibu
Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan bibir sumbing tidak menghambat pengahisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit menekan payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga mnggunakan pompa payudara untuk mengeluarkan susu dan memberikannya kepada bayi dengan menggunakan botol setelah dioperasi, karena bayi tidak menyusu sampai 6 mgg
b. Menggunakan alat khusus
- Dot domba
Karena udara bocor disekitar sumbing dan makanan dimuntahkan melalui hidung, bayi tersebut lebih baik diberi makan dengan dot yang diberi pegangan yang menutupi sumbing, suatu dot domba (dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar), atau hanya dot biasa dengan lubang besar.
- Botol peras
Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian belakang mulut hingga dapat dihisap bayi
- Ortodonsi
Pemberian plat/ dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan bedah definitive
c. Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi atau belakang lidah bayi
d. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung untuk menelan banyak udara
e. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka terbentuk pada bagian pemisah lobang hidung
f. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan pada kulit yang lembut tersebut untuk sembuh
g. Setelah siap menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah sumbing dengan alat berujung kapas yang dicelupkan dala hydrogen peroksida setengah kuat atau air
2. Pengobatan
a. Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu yang tepat untuk operasi tersebut bervariasi.
b. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule often yaitu umur > 10 mgg, BB > 10 pon/ 5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui
c. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti dikerjakan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap seingga pusat bicara otak belum membentuk cara bicara. Pada umur 8-9 tahun dilaksanakan tindakan operasi penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla untuk memungkinkan ahli ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.
d. Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-tulang muka mendeteksi selesai.
e. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki “kerusakan horseshoe” yang lebar. Dalam hal ini, suatu kontur seperti balon bicara ditempl pada bagian belakang gigi geligi menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.
f. Anak tersebut juga membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit sangat penting untuk pembentukan bicara, perubahan struktur, juag pada sumbing yamh telah diperbaik, dapat mempengaruhi pola bicar secara permanen.
Prinsip perawatan secara umum
1. Lahir ; bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube) bila perlu untuk membantu masuknya makanan kedalam lambung.
2. Umur 1 minggu; pembuatan feeding plate untuk membantu menutup langit-langit dan mengarahkan pertumbuhan, pemberian dot khusus.
3. Umur 3 bulan; labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan evaluasi telingga.
4. Umur 18 bulan - 2 tahun; palathoplasty; tindakan operasi langit-langit bila terdapat sumbing pada langit-langit.
5. Umur 4 tahun : dipertimbangkan repalatorapy atau pharingoplasty.
6. Umur 6 tahun; evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
7. Umur 11 tahun; alveolar bone graft augmentation (cangkok tulang pada pinggir alveolar untuk memberikan jalan bagi gigi caninus). perawatan otthodontis.
8. Umur 12-13 tahun; final touch; perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
9. Umur 17-18 tahun; orthognatik surgery bila perlu.
Peranan Orang tua
Dalam memandang pendidikan bagi anak penderita cacat, Warlock (dalam Hidayat, 1998:3) membuat beberapa rekomendasi tentang pendidikan anak luar biasa, yaitu bahwa mereka dididik bukan hanya berdasarkan pada kelainan khusus mereka. Melainkan juga karena adanya kebutuhan terhadap pendidikan khusus. Di samping itu mengintegrasikan anak-anak dengan kebutuhan khusus ke dalam sekolah umum dimanapun adalah memungkinkan dan dapat dilakukan. disini keterlibatan orang tua sangat diperlukan. Orang tua mempunyai suatu hak untuk meminta dan melibatkan diri dalam assasenment anak-anaknya dan memutuskan tentang penempatan sekolahnya.
Orang tua memegang peranan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak-anaknya yang mempunyai kelainan tersebut. Kekhususan yang dimiliklnya tentunya memerlukan perhatian yang khusus bagi orang tua.
Berangkat dari realitas tersebut maka orang tua sangat perlu sekali mendapatkan bantuan dan informasi yang jelas dan menenangkan tentang kondisi yang dihadapi oleh anaknya. Sikap positif orang tua dipandang menjadi faktor penentu dalam psikis anak yang mengalaami labio palatoskisis.
Untuk itu orang tua harus dibekali informasi yang lengkap tentang bagaimana mereka dapat membaca tanda-tanda aktivitas motorik anak sejak usia dini, menghilangkan pendangan yang tidak realistik, dan menghambat perkembangan anak. Dan disisi lain orang tua harus mampu menciptakan lingkungan yang dapat mengakomodasi kebutuhan anak sesuai dengan potensinya. Untuk membina dan melakukan konseling bagi orang tua maka perlu dilakukan kerja sama lintas sektoral antara orang tua dan ahli yang kompeten.
Dengan meningkatnya kemampuan dan ketrampilan orang tua dalam menjalin kerja sama dengan para ahli, diharapkan orang tua akan mampu berfikir positif dan memberikan ruang yang bebas kepada anaknya untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Sementara konsep diri yang positif terbentuk bila anak selalu dihargai berdasarkan kelebihan yang dimiliki, di dorong untuk belajar melihat kelebihannya dan menerima kekurangan atau kelemahannya sehingga termotivasi untuk memperbaiki.
Untuk membentuk konsep diri yang positif, peran orangtua dan keluarga dekat sangatlah penting di sini, bahkan bisa dikatakan sebagai ujung tombaknya.
Ada 4 langkah yang bisa dilakukan
1.Kenali potensi anak
Dengan cara mengamati perkembangannya, kita dapat mengenali potensi yang dimiliki anak. Amati dengan seksama bagaimana perkembangan fisik, kognitif, emosi, sosial dan lain-lainnya. Berdasarkan pengamatan ini maka lingkungan dapat memperlakukan anak sesuai dengan kondisinya. Dengan kondisi fisik yang berbeda dengan anak lain akan membuat anak merasa 'berbeda' tentunya dan mempengaruhi perkembangan sosialnya, anak akan merasa minder. Kondisi ini tentu berpengaruh pula terhadap perkembangan bahasanya, setelah operasi bibir sumbing apakah ibu pernah melakukan terapi wicara untuk memperbaiki kualitas pengucapan dan kemampuan berbahasanya? Terhambatnya perkembangan bicara biasanya akan mempengaruhi kontrol emosinya. Namun biasanya kondisi fisik tersebut tidak berkaitan dengan kemampuan berpikirnya apabila stimulasi atau perangsangan terhadap kemampuan berpikirnya terus ibu berikan.
2.Melatih anak menerima kekurangannya
Anak akan merasa 'berbeda' apabila dia berada di tengah-tengah anak-anak yang secara fisik tidak ada kekurangan. Untuk mengajarkan pada anak melihat kekurangannya, sebaiknya sekali-kali ajak anak masuk dalam lingkungan yang kurang lebih sama dengan dirinya. Ini untuk menunjukkan padanya bahwa ada orang lain yang kondisinya sama seperti dirinya, sehingga dia tidak perlu merasa 'berbeda'.
3. Merangsang anak melihat kelebihannya
Berbagai kegiatan positif yang sesuai dengan kemampuan anak baik itu berhubungan dengan kegiatan fisik, sosial, bahasa atau mental akan sangat berguna bagi pembentukan konsep dirinya yang positif. Rangsanglah anak dengan berbagai kegiatan tersebut untuk mengukur seberapa jauh kemampuan yang dimiliki serta minatnya terhadap kegiatan tersebut, juga menunjukkan pada anak kelebihan yang dimilikinya.
4.Perlakukan seperti anak lainnya
Perlakuan yang istimewa atau khusus secara tidak sengaja sering menjerumuskan pada pengasuhan yang overprotektif. Anak perlu belajar berhadapan dengan konflik dan melatih cara mengatasinya, jadi perlakukan saja seperti anak lainnya. Perlakuan khusus justru sering menunjukkan kelemahan anak dan anak akan merasa 'berbeda'.
Untuk masalah playgroup atau sekolah khusus, sebenarnya kalau tidak ada hambatan berkomunikasi (berbicara) dan kemampuan berpikir, Ibu bisa memasukkan ke playgroup biasa. Atau bisa dicoba untuk dimasukkan ke Pusat Rehabilitasi Anak YPAC di Jimbaran. Tetapi untuk lebih yakin dan untuk mengevaluasi kondisi anak, Ibu bisa datang ke Instalasi Rehabilitasi Medis RS Sanglah.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bibir sumbing dan celah langit-langit adalah cacat bawaan yang menjadi masalah tersendiri di kalangan masyarakat, terutama penduduk dengan status sosial ekonomi yang lemah. Bibir sumbing (cleft lip atau labioschizis) adalah suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan adanya celah pada bibir, gusi dan langit-langit yang dapat timbul sendiri atau bersamaan sedangkan Bibir Sumbing Langit-langit adalah suatu kelainan bawaan dimana terdapat cacat/celah pada bibir dan langit-langat (paitum) akibat terganggunya fusi selama masa pertumbuhan intra uterne. (kandungan). Gangguan fusi tersebut terutama terjadi pada trimester pertama kehamilan yang bisa disebabkan olah faktor gizi terutama kekurangan asam folat, maupun karena konsumsi beberapa macam obat dalam jangka panjang atau faktor hereditec.
B. SARAN
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan:
1. Tidak merokok dan menghindari asap rokok
2. Menghindari alkohol
3. Menghindari obat terlarang
4. Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
5. Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
6. Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
7. Mengkonsumsi suplemen asam folat
8. Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi
9. Menghindari zat-zat yang berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA

- Brehman , Richard E. 1992. Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2. Jakarta: EGC
- Markum. A. H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
- www.indosiar.com
- www.republika.co.id
- www.rsudulin.com
www.tempointeraktif.com
- www.tanyadokteranda.com/artikel/2008/02/kenapa-bibir-bisa-sumbing
- http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2002/4/21/c5.html
TUBEKTOMI
(ANTARA FAKTA, TEORI DAN KEYAKINAN)
OLEH ELLA FISICA DEVINDHA

A. DEFINISI
Penelitian menemukan bahwa wanita yang menjalani tubektomi biasanya memberikan nilai lebih tinggi untuk kehidupan seks mereka. Sebesar 36 persen dilaporkan "sangat tinggi kepuasan seksualnya”. Kepuasan tersebut hanya dirasakan 30 persen wanita yang tidak menjalani tubektomi.
Tidak jelas mengapa wanita tubektomi umumnya memiliki fungsi seksual lebih baik. Tapi, peneliti mencatat bahwa wanita dan pasangannya lebih menikmati seks karena mereka bebas dari kecemasan atas potensi kehamilan yang tidak direncanakan.
Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas yang dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami isteri atas permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela. Kontap dapat diikuti baik oleh wanita maupun pria. Tindakan kontap pada wanita disebut kontap wanita atau MOW (Metoda Operasi Wanita ) atau tubektomi, sedangkan pada pria MOP (Metoda Operasi Pria) atau vasektomi.
Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metoda Operasi Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma.
Kontrasepsi mantap pada pria atau MOP (Metoda Operasi Pria) atau vasektomi., yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran benih agar sperma tidak keluar dari buah zakar.Sterilisasi adalah kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan). Disebut permanen karena metode kontrasepsi ini tidak dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian Anda ingin punya anak. Sterisilisasi adalah KB yang 99% efektif. Hanya 1 dari 200 wanita yang disterilisasi namun kemudian hamil. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba falopi wanita kembali menyambung setelah dipotong atau ditutup.
Kata tubektomi berasal dari tuba dan ektomi, tuba = saluran telur wanita ektomi = membuang / mengangkat. Namun sekarang definisi ini sudah diperluas dengan pengertian sterilisasi tuba. Tubektomi adalah metode kontrasepsi permanen di mana saluran tuba di blokir sehingga sel telur tidak bisa masuk ke dalam rahim. Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seseorang perempuan secara permanen. Tubektomi adalah kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan). Disebut permanen karena metode kontrasepsi ini tidak dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian Anda ingin punya anak.
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen (Saifuddin, 2003). Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang tidak akan mendapat keturunan lagi (Prawirohadjo, 2002).
B. SARAN PARTISIPASI
Seminar Kuldoskopi Indonesia pertama di Jakarta (18 – 19 Desmber 1972) mengambil kesimpulan, sebaliknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup.
2. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup.
3. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup.
Pada konferensi khusus perkumpulan untuk sterilisasi sukarela Indonesia di Medan (3 – 5 Juni 1976) dianjurkan pada umur antara 25 – 40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut :
1. Umur antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih.
2. Umur antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih.
3. Umur antara 35 – 40 tahun dengan 1 anak atau lebih.
Umur suami hendaknya sekurang-kurangnya 30 tahun, kecuali apabila jumlah anak telah melebihi jumlah yang diinginkan oleh pasangan itu.
C. KEUNTUNGAN
1. KONTRASEPSI
a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
b. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
c. Tidak bergantung pada faktor senggama
d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risik kesehatan yang serius
e. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
f. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
g. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)
2. NON-KONTRASEPSI
Berkurangnya risiko kanker ovarium.
Ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa tubektomi menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur dan nyeri saat menstruasi tapi ini terjadi pada tubektomi cara lama. Malahan tubektomi terbukti mengurangi resiko kanker ovarium selama 20 tahun setelah operasi.
D. KERUGIAN
a. Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan rekanalisasi. Bila situasi Anda berubah dan ingin punya anak, peluang Anda sangat kecil. Oleh karena itu, pertimbangkan baik-baik bila Anda akan menjalani operasi ini. Jangan memutuskan ketika Anda sedang kalut atau krisis, misalnya setelah keguguran atau melahirkan. Rumah sakit biasanya mensyaratkan tanda tangan suami bila Anda akan menjalani operasi ini, tetapi itu bukanlah persyaratan yang wajib. Bila Anda memiliki keraguan, diskusikan dengan dokter dan pasangan Anda.
b. Klien dapat menyesal di kemudian hari
c. Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
d. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
e. Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi untuk proses laparoskopi)
f. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
E. MEKANISME KERJA
Dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
F. SYARAT KEIKUTSERTAAN
Setiap peserta kontap harus memenuhi 3 syarat, yaitu:
1. Sukarela
Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela menerima pelayanan kontap; artinya sedcara sadar dan dengan kemauan sendiri memilih kontap sebagai cara kontrasepsi
2. Bahagia
• Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat bahagia; artinya :
• calon peserta tersebut dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan telah dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang anak yang sehat rohani dan jasmani
• Bila hanya mempunyai 2 orang anak, maka anak yang terkecil paling sedikit umur sekitar 2 tahun
• umur isteri paling muda sekitar 25 tahun
2. Kesehatan
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat kesehatan; artinya tidak ditemukan adanya hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontap. Oleh karena itu setiap calon peserta harus diperiksa terlebih dahulu kesehatannya oleh dokter, sehingga diketahui apakah cukup sehat untuk dikontap atau tidak. Selain itu juga setiap calon peserta kontap harus mengikuti konseling (bimbingan tatap muka) dan menandatangani formulir persetujuan tindakan medik (Informed Consent)
G. KONTRAINDIKASI
a. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
b. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
c. Tidak boleh menjalani proses pembedahan
d. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
e. Belum memberikan persetujuan tertulis
f. Menderita tekanan darh tinggi
g. Kencing manis (diabetes)
h. Penyakit jantung
i. Penyakit paru-paru
j. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi)
k. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol)
H. WAKTU
a. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak hamil
b. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
c. Pascapersalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu, laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan
d. Pascakeguguran; Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua (minilap saja)
I. PROSEDURAL
a. Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini
b. Informed consent harus diperoleh dan standard consent form harus ditanda-tangani oleh klien sebelum prosedur dilakukan
J. PENATALAKSANAAN
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap wanita adalah:
1. Puasa mulai tengah malam sebelum operasi, atau sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi. Bagi calon akseptor yang menderita Maag (kelaianan lambung agar makan obat maag sebelum dan sesudah puasa
2. Mandi dan membersihkan daerah kemaluan dengan sabun mandi sampai bersih, dan juga daerah perut bagian bawah
3. Tidak memakai perhiasan, kosmetik, cat kuku, dll
4. Membawa surat persetujuan dari suami yang sudah ditandatangani atau di cap jempol
5. Menjelang operasi harus kencing terlebih dahulu
6. Datang ke rumah sakit tepat pada waktunya, dengan ditemani anggota keluarga; sebaiknya suami.
7. Yang pasti adalah anda harus dalam keadaan tidak hamil sebelum operasi dilakukan.
Bila sterilisasi dilakukan saat operasi Caesar atau saat masa nifas, maka tidak perlu khawatir akan resiko kehamilan. Tapi bila di luar masa itu maka hal yang perlu dipersiapkan adalah :
• Kontrasepsi sebelumnya terus dipertahankan hingga hari operasi
• Jangan melakukan hubungan seksual minimal 4 hari sebelum operasi
• Tes kehamilan negative sebelum operasi
• Sebaiknya operasi dilakukan saat satu minggu setelah menstruasi
• Puasa minimal 6 jam sebelum operasi dilakukan
Tubektomi adalah Kemudian minilaparotomy adalah tekhnik dengan sayatan sebesar 3cm di atas pubis anda, untuk kemudian kemudian dilakukan ligasi tuba. Minilaparotomy dapat dilakukan dokter terlatih dengan biaya lebih murah, hanya saja parut luka yang dihasilkan cukup besar.Sedangkan laparoskopi harus dilakukan spesialis kebidanan dan biaya lebih mahal, tetapi luka parut yang dihasilkan kecil bahkan nyaris tak terlihat dan penyembuhan lebih cepat. proses sterilisasi dengan cara mengikat saluran telur (tuba falopi). Ada 4 cara melakukan tubektomi yaitu :
• Sterilisasi tuba yang dilakukan saat operasi Sectio Caesar atau operasi perut lainnya. Biasanya pilihan anestesinya adalah anestesi spinal pada SC.
• Minilaparotomy postpartum setelah persalinan pervaginam. Biasanya dilakukan 12-24 jam setelah persalinan dengan anestesi local dan sedasi ringan bila perlu.
• Minilaparotomy interval. Sterilisasi di luar masa nifas. (sama dengan atas)
• Laparoskopi. Dapat dilakukan 6-8minggu setelah persalinan, atau setelah abortus atau kapanpun pasien siap. Anestesi yang digunakan adalah bius umum.
Laparotomi
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna tubektomi. Di sini penutupan tuba dijalankan sebagai tindakan tambahan apabila wanita yang bersangkutan perlu dibedah untuk keperluan lain. Misalnya, pada wanita yang perlu dilakukan seksio sesarea, kadang-kadang tuba kanan dan kiri ditutup apabila tidak diinginkan bahwa ia hamil lagi.
Laparotomi postpartum
Laparotomi ini dilakukan satu hari postpartum. Keuntungannya ialah bahwa waktu perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan pascaopera¬si, dan oleh karena uterus masih besar, cukup dilakukan sayatan kecil dekat fundus uteri untuk mencapai tuba kanan dan kiri. Sayatan dilakukan dengan sayatan semi lunar (bulan sabit) di garis tengah distal dari pusat dengan panjang kurang-lebih 3 cm dan penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengan cara Pomeroy.
Minilaporotomi
Laparotomi mini dilakukan dalam mass interval. Sayatan dibuat di garis tengah di atas simfisis sepanjang 3 cm sampai menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba dimasukkan alas khusus (elevator uterus) ke dalam kavum uteri. Dengan bantuan alas ini uterus bilamana dalam retrofleksi dijadikan letak antefleksi dahulu dan kemudian didorong ke arah lubang sayatan. Kemudian, dilakukan penutupan tuba dengan salah satu cara.
Laparoskopi
Mula-mula dipasang cunam serviks pada bibir depan porsio uteri, dengan maksud supaya kelak dapat menggerakkan uterus jika hal itu diperlukan pada waktu laparoskopi. Setelah dilakukan persiapan seperlunya, dibuat sayatan kulit di bawah pusat sepanjang lebih 1 cm. Kemudian, di tempat luka tersebut dilakukan pungsi sampai rongga peritoneum dengan jarum khusus (jarum Veres), dan melalui jarum itu dibuat pneumoperitoneum dengan memasukkan CO2 sebanyak 1 sampai 3 liter dengan kecepatan kira-kira 1 liter permenit. Setelah pneumoperitoneum dirasa cukup, jarum Veres dikeluarkan dan sebagai gantinya dimasukkan troikar (dengan tabungnya). Sesudah itu, troikar diangkat dan dimasukkan laparoskopi melalui tabung. Untuk memudahkan penglihatan uterus dan adneks, penderita diletakkan dalam posisi Trendelenburg dan uterus digerakkan melalui cunam serviks pada porsio uteri. Kemudian, dengan cunam yang masuk dalam rongga peritoneum bersama-sama dengan laparoskop, tuba dijepit dan dilakukan penutupan tuba dengan kauterisasi, atau dengan memasang pada tuba cincin Yoon atau cincin Falope atau clip Hulka. Berhubung dengan kemungkinan komplikasi yang lebih besar pada kauterisasi, sekarang lebih banyak digunakan cara-cara yang lain.
Kuldoskopi
Wanita ditempatkan pada posisi menungging (posisi genupektoral) dan setelah spekulum dimasukkan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uterus ditarik ke luar dan agak ke atas, tampak kavum Douglasi mekar di antara ligamentum sakro-Aterinum kanan dan kiri sebagai tanda bahwa tidak ada perlekatan. Dilakukan pungsi dengan jarum Touhy di belakang uterus, dan melalui jarum tersebut udara masuk dan usus-usus terdorong ke rongga perut. Setelah jarum diangkat, lubang diperbesar, sehingga dapat dimasukkan kuldoskop. Melalui kuldoskop dilakukan pengamatan adneksa dan dengan cunam khusus, tuba dijepit dan ditarik ke luar untuk dilakukan penutupannya dengan cara Pomeroy, cara Kroener, kauterisasi, atau pemasangan cincin Falope.
Cara penutupan tuba
Cara Madlener
Bagian tengah dari tuba diangkat dengan cunam Pean, sehingga terbentuk suatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat, dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak dapat diserap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Sekarang cara Madlener tidak dilakukan lagi oleh karena angka kegagalannya relatif tinggi, yaitu 1% sampai 3%.
Cara Pomeroy
Cara Pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya, diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0-0,4%.
Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap, ujung
proksimal dari tuba ditanamkan ke dalam, miometrium, sedangkan ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum Tatum dibuka dan kemudian tuba bagian distal bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.
Cara Uchida
Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (minilaparotomi) di atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampulla tuba dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut mengembung. Lalu dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dan tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa, sedangkan Ujung tuba yang distal dibiarkan berada di luar serosa. Luka sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.
Cara Kromer
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping di bawah fimbria. jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh finbria dipotong. Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut. Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah sangat kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%.
K. PELAYANAN
Tempat pelayanan Tubektomi
1. Rumah sakit umum/Swasta /ABRI
2. Puskesmas yang memiliki ruang operasi (OK)
3. Klinik KB yang memiliki ruang operasi (OK)
Pelayanan Minilaparotomi tubektomi bisa didapatkan di klinik pelayanan KB yang memilki tenaga ahli dan rumah sakit manapun. Taksiran biayanya adalah 1 hingga 2 juta rupiah. Kadang-kadang pemerintah mengadakan layanan kontrasepsi gratis ataupun melalui program Gakin untuk rakyat kurang mampu. Sedangkan pelayanan laparoskopi tubektomi bisa didapatkan di setiap rumah sakit yang menyediakan layanan laparoskopi dan biayanya tergantung rumah sakit dan kelas yang anda pilih
L. KOMPLIKASI
Tubektomi terbukti aman, resiko komplikasi hanya sebesar 1,7 per 100 kasus tubektomi. Resiko meningkat bila sebelumnya anda menderita pelvic inflammatory disease (PID), diabetes melitus, obesitas, dan riwayat operasi perut sebelumnya. Komplikasi yang mungkin muncul :
• Perdarahan
• Perlengketan (adhesi) organ intraabdomen
• Salphyngitis (radang saluran tuba).
• Cidera organ perut
Bila timbul panas, nyeri perut dan keluar cairan atau darah dari bekas sayatan, maka sebaiknya anda segera ke dokter.
M. PERAWATAN PASCA OPERASI
Tubektomi termasuk one day care, artinya dari proses masuk, operasi hingga pulang hanya membutuhkan waktu satu hari. Hal yang harus diperhatikan :
• Istirahat dan jaga luka sayatan bersih dan kering selama 2 hari
• Hindari hubungan seksual selama 1 minggu. Bila sesudah itu masih merasa tidak nyaman, maka dapat ditunda dulu. Senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu, yaitu setelah luka operasi kering. Tetapi bila tubektomi dilaksanakan setelahmelahirkan atau kegugurang, senggama baru boleh dilakukan setelah 40 hari
• Jangan mengangkat beban berat atau menekan daerah operasi setidaknya 1 minggu setelah operasi.
• Bila terdapat tanda-tanda kehamilan, segera periksakan diri ke dokter atau bidan.
• kebersihan harus dijaga terutama daerah luka operasi jangan sampai terkena air selama 1 minggu (sampai benar -benar kering)
• Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur sesuai petunjuk
N. PANDANGAN ISLAM
Syari’at yang hanif menganjurkan untuk melahirkan anak-anak dan memperbanyak keturunan sehingga Nabi Syua’ib mengingatkan kaumnya akan nikmat ini, firman Allah swt
وَاذْكُرُواْ إِذْ كُنتُمْ قَلِيلاً فَكَثَّرَكُمْ
Artinya : “dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu.” (QS. Al A’raf : 86)
Didalam hadits yang diriwayatkan dari Ma’qol bin Yasar bahwasanya Nabi saw bersabda,”Nikahilah wanita-wanita yang pencinta dan bisa beranak banyak. Sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya umatku dihadapan umat-umat lain.” (HR. Abu Daud yang dishohihkan oleh al Bani).
Menghentikan kehamilan secara permanen itu mempunyai dua keadaan :
1. Apabila hal itu dikarenakan sesuatu yang darurat seperti telah dinyatakan oleh dokter yang bisa dipercaya bahwa kehamilannya akan bedampak pada kematian ibu dan pengobatan terhadapnya sudah tidak mungkin lagi dan diputuskan bahwa penghentian kehamilan secara totral adalah solusi dari bahaya tersebut maka diperbolehkan saat itu untuk menghentikan kelahiran secara total.
2. Apabila hal itu bukan dikarenakan sesuatu yang darurat maka tidak disangsikan lagi bahwa perbuatan itu merupakan kejahatan dan dosa besar karena dia dianggap sebagai penganiayaan terhadap makhluk Allah tanpa suatu sebab, menghentikan keturunan yang begitu dicintai Nabi saw serta tidak bersyukur terhadap nikmat seorang anak yang dianugerahkan Allah kepada makhluknya.
Disebutkan didalam ‘al Inshof” ; dia berkata didalam “al Faiq”,”Tidak dibolehkan menghentikan kehamilan.” (1/383)
Lembaga Fiqih Islam dalam keputusannya no 39 (1/5) adalah sebagai berikut :
Diharamkan memusnahkan kemampuan untuk melahirkan baik pada laki-laki maupun perempuan, yaitu apa yang dikenal dengan vasektomi atau tubektomi selama tidak ada sesuatu yang darurat menurut standar-standar islam.
Dibolehkan pengaturan secara temporer dalam kelahiran dengan maksud menjarangkan kehamilan atau menghentikannya untuk beberapa waktu tertentu apabila kebutuhan yang dibenarkan syari’ah menuntut hal demikian sesuai dengan kesanggupan suami isteri melalui musyawarah dan keredhoan diantara keduanya dengan syarat tidak membawa kepada kemudharatan serta dengan cara yang disyariatkan dan tidak membahayakan bagi kehamilannya nanti.
Kalau begitu, apabila penghentian kehamilan yang anda lakukan karena sesuatu yang darurat lagi mendesak maka tidak ada dosa bagi anda untuk melakukannya. Adapun bukan untuk sesuatu yang darurat maka anda telah jatuh kedalam yang haram maka anda harus bertaubat dengan taubat nashuha kepada Allah swt dan segera menghentikannya
DAFTAR PUSTAKA

Arjoso, S. 2003. Umpan Balik Laporan Pencapaian Program KB Nasional Propinsi Jawa Timur. Surabaya : BKKBN.

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi edisi 2. 2006. Jakarta

Elizabeth, Hurlock. 1997. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Joewono, HT. 1995. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: NRC-POGI-Depkes-BKKBN-YBPSP-JHPEIGO.

Jonathan S. Berek. 2002. Novak’s Gynecology. Lippincott & Wilkins

Noerdin, M. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN.

Prawihardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua, Cetakan 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Saifuddin, AB. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : JNPKKR/POGI-BKKBN-DEPKES-JHPIEGO/STARH PROGRAM.

Yusuf, A. 2005. Keluarga Berencana. http://www.google.com. BKKBN, diakses : 13 Juli 2006.