Senin, 12 Juli 2010

BOUNDING ATTACHMENT

BOUNDING ATTACHMENT
OLEH ELLA FISICA DEVINDHA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan fisik, psikologis, sosial dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui, tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya
Sama halnya juga dengan episode masa nifas yang dialami ibu. Pada masa ini, kehidupan ibu selanjutnya ditentukan dengan bagaimana si Ibu melalui masa nifasnya dengan baik dan lancar dari pengaruh berbagai faktor. Mulai kebutuhan dan perubahan – perubahan yang terjadi dari berbagai aspek.
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ – organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan lamanya kira-kira 6 minggu. Kebutuhan dan perubahan dalam masa nifas, diantaranya :
• Fisik (keadaan jasmani)
• Psikologi
• Sosial
• Spiritual (rohani)
Dari keempatnya yang paling esensial adalah social dan lingkungannya karena nantinya akan berpengaruh pada pembentukan ikatan antara ibu dananaknya. Secara sosial dan lingkungan terjadi perubahan-perubahan pada wanita yang sudah melahirkan, perlu menyesuaikan diri terhadap dasar sebagai ibu, atau penambahan anak. Selain itu juga terdapat konflik rasa kewanitaan dan rasa keibuan pada masa nifas. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik pada masa nifas, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dengan keadaan sosialnya sehingga mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma. Berarti secara langsung bahwa perubahan sosial menentukan psikologis ibu nifas. Perubahan sosial yang akan dialami oleh ibu setelah melahirkan diantaranya :
 Menjadi orangtua yang sempurna
Maksudnya disini adalah bagi pasangan yang baru pertama kali memiliki anak terdapat perubahan sosial besar dimana sebelumnya hanya ada 2 orang (suami istri) tiba – tiba berubah menjadi orangtua yang sempurna ketika buah hati lahir. Pada masa ini, suami istri dituntut untuk menjadi orangtua yang siap siaga 24 jam dalam kehidupannya, dimulai dengan mengatur jadwal bersama demi si buah hati untuk memenuhi kebutuhannya. Mulai dari memberikan ASI, bangun di tangah malam, memasang popok, memandikan, dll. Semua itu harus dipersiapkan dengan baik – baik agar perubahan sosial menjadi orang tua dapat dicapai dengan maksimal. Dan bagi orang tua yang sebelumnya telah memiliki anak, pekerjaan tambahannya adalah memberikan pengertian dan keadilan kasih sayang terhadap anak sebelumnya dan yang baru saja dilahirkan. Disini orang tua dituntut memberikan pemahaman yang baik pada anak sebelumnya tentang kehadiran anggota keluarga baru agar tidak terjadi kesenjangan kasih sayang yang diberikan
 Penerimaan anggota baru oleh keluarga besar
Dengan kehadirannya seorang anggota baru dalam sebuah keluarga, secara tidak langsung mengubah suasana seluruh anggota besar. Disini dimaksudkan dengan adanya kelahiran bayi diharapkan anggota keluarga besar (seperti kakek, nenek, mertua, dll) bisa digerakkan dalam membantu serta untuk merawat si Bayi. Hal ini dimaksudkan agar tercipta suasana kekeluargaan yang erat anatara kehadiran si buah hati dengan keluarga besarnya.
 Perubahan lingkungan kerja
Bagi seorang wanita karir, perubahan sosial setelah melahirkan sangat besar. Dimana si Ibu dituntut untuk bisa memenuhi kebutuhan bayinya dan dituntut untuk segera pulih dari kondisinya agar segera bisa kembali bekerja. Peran seorang pasangan sangat dituntut dalam situasi seperti ini. Keduanya (suami istri) harus bekerja sama dalam mengatur kebutuhan si bayi yang menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya si Ibu. Tuntutan bagi si Ibu untuk segera kembali ke aktivitas sebelum hamil membuat si Ibu terkadang akan mengalami psikologis. Di datu sisi ingin berada lama di samping bayinya dan di satu sisi ingin kembali bekerja seperti semula. Tak jarang bahwa perubahan sosial yang dialami si Ibu erat kaitannya dengan perubahan psikologinya
 Perubahan Interaksi dengan Lingkungan
Dengan hadirnya sang buah hati, menuntut ibu untuk lebih bijak dalam berinteraksi dengan lingkungan yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap si bayi. Memperkenalkan anggota baru ke masyarakat merupakan awal interaksi si bayi dengan lingkungan barunya. Selain itu, memilih lingkungan yang bersih, tidak ramai, aman, dan nyaman juga mempengaruhi cara merawat sang buah hati dalam pertumbuhan dan perkembangan.
 Menginginkan keamanan, kenyamanan, dan kehangatan dari pasangannya , keluarga, dan petugas kesehatan ( bidan )

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penyusun ingin mengetahui bagaimana ikatan yang akan terjalin antara ibu dan bayinya pada masa nifas.

C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana ikatan yang akan terjalin antara ibu dan bayinya pada masa nifas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hami, lamanya kira-kira 6 minggu.
B. Periode Nifas
1. Periode Immediate post partum : terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan.
2. Periode Early post partum : terjadi setelah 24 jam post partum sampai akhir minggu pertama sesudah melahirkan, dimana resiko sering terjadi pada ibu post partum, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara drastic.
3. Periode late post partum : terjadi mulai minggu kedua sampai minggu keenam sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara bertahap.
C. Adaptasi Fisiologi Post Partum
Akhir dari persalinan, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara progresif. Semua perubahan pada ibu post partum perlu dimonitor oleh perawat, untuk menghindari terjadinya komplikasi. Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sistem Respirasi
Penggunaan obat-obat anesthesia umum selama proses pembedahan menyebabkan perubahan kecepatan frekuensi, kedalaman dan pola respirasi. Setelah operasi mungkin terjadi penumpukan secret pada jalan nafas yang menyebabkan perubahan pola nafas, juga suara tambahan berupa rales. Hal ini tidak ditemukan pada anesthesia spinal. Sedangkan peningkatan respirasi mungkin terjadi sebagai respon klien terhadap adanya nyeri.
2. Sistem Cardiovaskuler
Selama masa kehamilan dan persalinan sistem cardiovaskuler banyak mengalami perubahan antara lain :
a. Cardiac Output
Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada hari pertama setelah persalinan. Bila frekuensi denyut nadi cepat mengindikasikan adanya perdarahan, kecemasan, kelelahan, infeksi penyakit jantung, dapat terjadi hipotensi orthostatik dengan penurunan tekanan systolic kurang lebih 20 mmHg yang merupakan kompensasi pertahanan tubuh untuk menurunkan resistensi vaskuler sebagai akibat peningkatan tekanan vena. Biasanya ini terjadi beberapa saat setelah persalinan, dan saat pertama kali melakukan mobilisasi (ambulasi). Bila terjadi penurunan secara drastic merupakan indikasi terjadinya perdarahan uteri.
b. Volume dan Konsentrasi Darah
Pada 72 jam pertama setelah persalinan banyak kehilangan plasma dari pada sel darah. Selama persalinan erithropoesis meningkat menyebabkan kadar hemoglobin menurun dan nilainya akan kembali stabil pada hari keempat post partum. Jumlah leukosit meningkat pada early post partum hingga nilainya mencapai 30.000/mm3 tanpa adanya infeksi. Apabila peningkatan lebih dari 30 % dalam 6 jam pertama, maka hal ini mengindikasikan adanya infeksi.
Jumlah darah yang hilang selam persalinan sekitar 400-500 ml. Pada klien post partum dengan seksio sesarea kehilangan darah biasanya lebih banyak dibanding persalinan normal (600-800 cc).
3. Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan post partum seksio sesarea biasanya mengalami penurunan tonus otot dan motilitas traktus gastrointestinal dalam beberapa waktu. Pemulihan kontraksi dan motilitas otot tergantung atau dipengaruhi oleh penggunaan analgetik dan anesthesia yang digunakan, serta mobilitas klien. Sehingga berpengaruh pada pengosongan usus. Secara spontan mungkin terhambat hingga 2-3 hari. Selain itu klien akan merasa pahit pada mulut karena dipuasakan atau merasa mual karena pengaruh anesthesia umum. Sebagai akibatnya klien akan mengalami gangguan pemenuhan asupan nutrisi serta gangguan eliminasi BAB. Klien dengan spinal anesthesia tidak perlu puasa sebelumnya.
4. Sistem Reproduksi
a. Payudara
Setelah persalinan behubung lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum, maka estrogen dan progesterone berkurang, prolaktin akan meningkat dalam darah yang merangsang sel-sel acini untuk memproduksi ASI. Keadaan payudara pada dua hari pertama post partum sama dengan keadaan dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat buah dada membesar, keras dan nyeri ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan terjadi proses laktasi. Laktasi merupakan suatu masa dimana terjadi perubahan pada payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI dan merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar.
b. Involusi Uterus
Segera setelah plasenta lahir, uterus mengalami kontraksi dan retraksi ototnya akan menjadi keras sehingga dapat menutup/menjepit pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas inplantasi plasenta. Proses involusi uterus terjadi secara progressive dan teratur yaitu 1-2 cm setiap hari dari 24 jam pertama post partum sampai akhir minggu pertama saat tinggi fundus sejajar dengan tulang pubis. Pada minggu keenam uterus kembali normal seperti keadaan sebelum hamil kurang lebih 50-60 gram. Pada seksio sesarea fundus uterus dapat diraba pada pinggir perut. Rasa tidak nyaman karena kontraksi uterus bertambah dengan rasa nyeri akibat luka sayat pada uterus terjadi setelah klien sadar dari narkose dari 24 jam post operasi.
c. Endometrium
Dalam dua hari post partum desidua yang tertinggal dan berdiferensiasi menjadi 2 lapisan, lapisan superficial menjadi nekrotik dan terkelupas bersama lochea. Sedangkan lapisan basah yang bersebelahan dengan miometrium yang berisi kelenjar tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat. Seluruhnya endometrium pulih kembali dalam minggu kedua dan ketiga.
d. Cerviks,Vagina, Vulva, Perineum
Pada persalinan dengan seksio sesarea tidak terdapat peregangan pada serviks dan vagina kecuali bila sebelumnya dilakukan partus percobaan serviks akan mengalami peregangan dan kembali normal sama seperti post partum normal. Pada klien dengan seksio sesarea keadaan perineum utuh tanpa luka.
e. Lochea
Lochea adalah secret yang berasal dari dalam rahim terutama luka bekas inplantasi plasenta yang keluar melalui vagina. Lochea merupakan pembersihan uterus setelah melahirkan yang secara mikroskopik terdiri dari eritrosit, kelupasan desidua, sel-sel epitel dan bakteri yang dikeluarkan pada awal masa nifas. Lochea dibagi berdasarkan warna dan kandungannya yaitu :
1) Loche Rubra
Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga post partum. Warna merah terdiri dari darah, sel-sel desidua, vernik caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa-sisa selaput ketuban.
2) Lochea Serosa
Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisa-sisa jaringan dengan warna kuning kecoklatan, berlangsung hari keempat dan kesembilan post partum.
3) Lochea Alba
Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel leukosit, sel-sel epitel dan mukosa serviks. Dimulai pada hari ke-10 sampai minggu ke 2-6 post partum
Perdarahan lochea menunjukan keadaan normal. Jika pengeluaran lochea berkepanjangan, pengeluaran lochea tertahan, lochea yang prulenta (nanah), aras nyeri yang berlebihan, terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan dan terjadi infeksi intra uterin.
5. Sistem Endokrin
Kaji kelenjar tiroid, adakah pembesaran pada kelenjar tiroid, pembengkakan kelenjar getah bening dan kaji .juga pengeluaran ASI dan kontraksi uterus.
6. Sistem Perkemihan
Pada klien seksio sesarea terutama pada kandung kemih dapat terjadi karena letak blass berdempetan dengan uterus, sehingga pengosongan kandung kemih mutlak dilakukan dan biasanya dipasang folly kateter selama pembedahan sampai 2 hari post operasi. Dengan demikian kmungkinan dapat terjadi gangguan pola eliminasi BAK, sehingga klien perlu dilakukan bldder training. Kaji warna urine yang keluar, jumlahnya dan baunya.
7. Sistem Persarafan
Sistem persarafan pada klien post partum biasanya tidak mengalami gangguan kecuali ada komplikasi akibat dari pemberian anesthesia spinal atau penusukan pada anesthesi epidural dapat menimbulkan komplikasi penurunan sensasi pada ekstremitas bawah. Klien dengan spinal anesthesia perlu tidur flat selama 24 jam pertama. Kesadaran biasanya
8. Sistem Integumen
Cloasma/hyperpigmentasi kehamilan sering hilang setelah persalinan akibat dari penurunan hormon progesterone dan melanotropin, namun pada beberapa wanita ada yang tidak menghilang secara keseluruhan, kadang ada yang hyperpigmentasi yang menetap. Pertumbuhan rambut yang berlebihan terlihat selama kehamilan seringkali menghilang setelah persalinan, sebagai akibat dari penurunan hormon progesterone yang mempengaruhi folikel rambut sehingga rambut tampak rontok.
9. Sistem Muskuloskletal
Selama kehamilan otot abdomen teregang secara bertahap, hal ini menyebabkan hilangnya kekenyalan otot pada masa post partum, terutama menurunnya tonus otot dinding dan adanya diastasis rektus abdominalis. Pada dinding abdomen sering tampak lembek dan kendur dan terdapat luka/insisi bekas operasi, secara berangsur akan kembali pulih, selain itu sensasi ekstremitas bawah dapat berkurang selama 24 jam pertama setelah persalinan, pada klien post partum dengan seksio sesaria, hal ini terjadi bila dilakukan regio anestesi dapat terjadi pula penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh peregangan otot.


BAB III
ISI

A. Adaptasi Fisiologi Orangtua
Ketika kelahiran telah dekat, klien mengalami kegembiraan dengan kelahiran bayi. Perasaan emosi yang tinggi menurun dengan cepat setelah kelahiran bayi, terjadi perubahan psikologis yang cukup kompleks. Kondisi psikologis ibu dipengaruhi pula oleh respon anggota keluarga terhadap kelahiran bayi, sehingga seluruh keluarga, perlu mempersiapkan diri secara psikologis dalam menerima kehadiran anggota keluarga baru. Beberapa adaptasi psikologis anatara lain :
1. Adaptasi Parental
Proses menjadi orang tua
 Yaitu proses pencapaian peran dan perubahan peran yang dimulai selama masa kehamilan
 Orang tua :
 Menciptakan suatu perubahan periode dan ketidak stabilan bagi laki dan perempuan yang memutuskan untuk memiliki anak
 Perempuan lebih banyak pengalaman memberikan kontribusi yang besar pembentukan image diri sebagai seorang ibu yaitu kehamilan ,melahirkan, masa nifas/masa menyusui
Proses menjadi orangtua terjadi sejak masa konsepsi. Selama periode prenatal, ibu merupakan bagian pertama yang memberikan lingkungan untuk berkembang dan tumbuh sebelum anak lahir. Proses menjadi orangtua tidak mudah dan sering menimbulkan konflik dan krisis komunikasi karena ketergantungan penuh bayi pada orangtua. Untuk menjadi orangtua diperlukan komponen yaitu :
a. Kemampuan kognitif dan motorik, merupakan komponen pertama dari respon menjadi orangtua dalam perawatan bayi. (meliputi asuhan pada bayi : misalnya menyusui,menggendong, memandikan, mengganti pakaian, melindungi bahaya)dan asuhan pada diri sendiri
b. Kemampuan kognitif dan afektif, merupakan komponen psikologis dalam perawatan bayi. Perasaan keibuan, kebapakan, dan pengalaman awal menjadi orangtua (pengalaman awal menjadi orang tua dengan cinta kasih penerimaan figur sebagai orang tua selama dan memiliki rasa kepercayaan diri serta perhatian terhadap perkembangan untuk anak dengan kelembutan dan penuh perhatian dalam asuhan bayi)
Proses Peralihan
• Sebagai jalan atau proses waktu yang melibatkan perkembangan gerakan dari kondisi/tempat yang berbeda
• Peralihan memerlukan perubahan besar yaitu :
 Perubahan identitas
 Peran
 Hubungan
 Kemampuan
 Perilaku
Kondisi yang mempengaruhi proses peralihan
 Pemahaman
 Harapan
 Tingkat pengetahuan
 Lingkungan
 Tingkat perencanaan
 Kondisi fisik
 Emosional
2. Fase Maternal
Tiga fase yang terjadi pada ibu post partum yang disebut “Rubin Maternal Phases” yaitu :
a. Taking in (periode ketergantungan)
Fase ini terjadi antara satu sampai tiga hari setelah persalinan dimana ibu berfokus pada diri sendiri, bersikap pasif dan tergantungan secara emosional ibu berusaha untuk mengintegrasikan pengalaman persalinan dalam kehidupannya.
b. Taking hold (fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian)
Terjadi antara ketiga sampai kesepuluh hari setelah persalinan dalam fasi ini secara bertahap tenaga ibu pulih kembali, ibu merasa lebih nyaman, focus perhatian mulai beralih pada bayi, ibu sangat antusias dalam merawat bayinya, mulai mandiri dalam perawatan diri, terbuka pada pengajaran perawatan, saat yang tepat untuk memberi informasi tentang perawatan bayi dan diri sendiri.
c. Letting go (fase mampu sendiri)
Fase ini antara dua sampai empat minggu setelah persalinan dimana ibu mulai menerima peran barunya yaitu sebagai ibu dari bayi yang baru lahir. Ibu melepas bayangan persalinan dengan harapan yang tidak terpenuhi serta mapu menerima kenyataan.
3. Bounding Attachment
Bounding merupakan suatu hubungan yang berawal dari saling mengikat diantara orangtua termasuk orangtua dan anak, ketika pertama kali bertemu. Attachment adalah suatu perasaan ksih sayang yang meningkat satu sama lain setiap waktu dan bersifat unik dan memerlukan kesabaran. Hubungan antara ibu dengan bayinya harus dibina setiap saat untuk memperat rasa kekeluargaan. Kontak dini antara ibu, ayah danbayi disebut bounding attachment melalui touch/sentuhan, kontak mata, dan aroma.
Jam-jam pertama segera setelah kelahiran meliputi suatu masa yang unik yang disebut “masa sensitif ibu”. Dimana keterikatan ini akan terjalin. Agar terjadi suatu keterikatan adalah sangat penting agar ibu dan bayi bisa bersama. Dengan demikian perilaku dapat dilihat dan menandai permulaan dari keterikatan tersebut.
• Bonding : Masa sensitif pada menit pertama dan beberapa jam setelah kelahiran dimana kontak ibu dan ayah ini akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi optimal
• Attachment :Proses penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam perawatannya
Jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain:
1) Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
Catatan :
• Kontak dengan Honeymoon yaitu phase setelah bayi lahir terjadi intimasi dan kontak yang lama antara ibu,ayah dan bayi. Pada masa ini terjadi kontak psikis yang tak memerlukan hal-hal romantis,masing2 saling memperhatikan bayinya dengan menciptakan hubungan yang baru
• Pada saat ini bidan memberikan dorongan kepada pasangan untuk memeriksa bayinya, memberikan komentar positif tentang bayinya dengan meletakkan bayi di pangkuannya
2) Rawat Gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
Catatan :
• Kontak dengan Rooming In yaitu :
– Kontak langsung ibu dan bayinya dengan asuhan gabung di ruang nifas
– Pada saat ini ibu memperhatikan petugas ketika memberikan asuhan bayi
– Petugas memberi contoh asuhan pada bayinya
– Ibu belajar mencoba untuk melakukan asuhan bayi sehari-hari secara fisik, psykho sosial dan spiritrual
– Kegiatan ini memberi manfaat besar meningkatkan ikatan kasih sayang
3) Kontak Mata
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.
Catatan :
• Menyentuh : dengan menyusui, memeluk, membuai, mengusap tubuh dengan lembut
• Kontak mata :
– Dilakukan terus menerus face to face posisi wajah ibu dan bayi sejajar ± 8 inci
– Di Amerika kontak mata memilki efek dalam perkembangan dari hubungan kepercayaan dan faktor enting dalam hubungan anusia dengan segala usia
4) Suara
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka.
5) Aroma
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya.
6) Entrainment
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara.
7) Bioritme
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.
8) Sentuhan
1) Walker( 1992, Sentuhan :
 Kasih sayang yang mengikat
 Kekhususan dan sesuatu yang abadi dari keterkaitan
2) Nilai - nilai untuk memulai sentuhan :
 Kesehatan,emosi orang tua
 Sistem bantuan sosial, mencakup pasangan, teman dan keluarga
 Tingkat kemampuan berkomunikasi dan memberikan peralihan
 Kedekatan orang tua dan bayi
 Orang tua dan bayi sehat
9) Inisiasi Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan segera.
Berhasil atau tidaknya proses bounding attachment ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi sebagai berikut :
a) Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment ini.
b) Tingkat Kemampuan, Komunikasi dan Ketrampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.
c) Dukungan Sosial seperti Keluarga, Teman dan Pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
d) Kedekatan Orangtua ke Anak
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
e) Kesesuaian antara orangtua dan anak (Keadaan anak,jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.
Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.
Namun demikian peran kehadiran seorang ayah dan anggota keluarga yang lain juga dibutuhkan dalam perkembangan psikologis anak yang baik nantinya. Beberapa hal yang dapat dilakukan seorang laki-laki dalam proses perubahan peran menjadi seorang ayah, diantaranya :
1) Ketika ibu hamil, seorang suami akan merasa bangga karena dia akan mempunyai keturunan dan dia akan menjadi seorang ayah.
2) Ketika bayi lahir, maka suami akan merasa bahagia dan juga prihatin yang disebabkan oleh :
• cemas akan biaya persalinan dan perawatan bayinya kelak
• kekhawatiran adanya kecacatan pada bayinya, antara lain: kecewa, gelisah tentang bagaimana perawatan bayi dan bagaimana nasibnya kelak, dan lain sebagainya
• Gelisah tentang kemampuan merawat dan mendidik anaknya (pesimis akan keberhasilannya sebagai seorang ayah)
• Harapan orang tua tidak sesuai dengan kenyataan, khususnya maasalah jenis kelamin.
Standardisasi cara mengevaluasi interaksi orang tua – bayi telah dikemukakan oleh Gray dan asosiasinya pada tahun 1975.

Terdiri dari tiga observasi yang dibuat di ruang bersalin selama dan segera setelah bayi lahir dan kembali selama dua samapi tiga hari periode post partum. Nilai 1-4 diberikan dalam setiap observasi dan nilai tersebut dijumlahkan dalam setiap periode. Interaksi yang sangat positif akan memberikan nilai 10 sampai 12 untuk setiap periode. Interaksi sangat negatif akan memberikan skor 3-6. Konseling tindak lajut bagi orang tua dengan skor yang rendah merupakan indikasi untuk mencegah penyalahgunaan akan dan megajarkan cara pengasuhan anak.
4. Adaptasi Ayah
Hubungan ayah dan bayinya adalah ungkapan yang digunakan untuk penyerapan, kesenangan dan ketertarikan ayah terhadap bayinya (keterikatan). Kemampuan ayah dalam beradaptasi dengna kelahiran bayi dipengaruhi oleh keterlibatan ayah selama kehamilan, partisipasi saat persalinan, struktur keluarga, identifikasi jenis kelamin, tingkat kemampuan dalam penampilan dan latar belakang cultural. Ciri-Cirinya adalah dapat memberikan rangsangan dengan sentuhan dan kontak mata, berkomunikasi dan ciri-ciri yang sama dengan dirinya, menegaskan bahwa bayi itu adalah bayinya. Pengaruh peran ayah antara lain:
• Bertambah tanggung jawabnya dari masa sebelum ibu hamil dibanding dengan masa post partum
• Penyesuaian diri antara ORTU dengan bayi
 Modulasi
 Modifikasi tingkah laku yang berhubungan dengan sosial
 Orang Tua dan Bayi sebagai respon
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Respon ORTU:
• Umur : Ibu.Ayah yang terlalu muda
• Kesiapan berumah tangga kurang
• Dukungan sosial suami, keluarga kurang
• Ekonomi rendah
• Pengetahuan rendah
• Kurang informasi kesehatan
• Budaya yang bertentangan dengan kesehatan kuat
5. Adaptasi Sibling
Biasanya kelahiran adik atau bayi dapat menjadi suatu perubahan pada sibling atau saudara, anak pertama le bih ingin mempertahankan dirinya lebih tinggi dari adik barunya.
B. Perilaku Orangtua dalam Ikatan Kasih Sayang
1. Perilaku yang memfasilitasi
• Mantap mencari ciri khas anak
• Kontak mata
• Memberi perhatian
• Menganggap anak sebagai individu yang unik
• Menganggap anak sebagai anggauta keluarga
• Memberikan senyuman
• Mengajak berbicara/ bernyanyi
2. Pada waktu anak balita dan remaja:
• Menunjukkan kebanggaan pada anak
• Mengajak anak pada acara keluarga dari fihak ibu dan bapak
• Memahami perilaku anak
• Memenuhi kebutuhan anak
• Bereaksi positif terhadap perilaku anak
• Selalu berkomunikasi verbal non verbal
3. Perilaku penghambat
• Menjauh dari anak
• Tidak memperdulikan kehadirannya
• Menghibut, menolak untuk menyentuh anak
• Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain
• Tidak memberi nama yang bagus
• Memanggila bukan nama yang sebenarnya
• Menggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukainya
• Tidak komunikasi verbal non verbal misal: tidak menyentuh, tidak menggenggam jari
• Terburu waktu menyusui dan tdk konsentrasi
• Menunjukkan kekecewaan
• Tidak segera memenuhi kebutuhan fisik psykhososial spiritual
Tanggung jawab dan Tugas orang tua pada anak
• Dengan :
– Merawat anak
– Memberikan perhatian
– Menjadi rekan pada anak
• Penyesuaian Diri menjadi ORTU dengan 3 tahapan :
– Tahap I : - Harapan
– Tahap II : - Kenyataan
– Tahap III : - Peralihan menjadi Kepala Keluarga

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Bounding Attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain: Pemberian ASI ekslusif; Rawat Gabung; Kontak Mata; Suara; Aroma; Entrainment; Bioritme; Sentuhan; Inisiasi Dini.
Bounding Attachment dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya Kesehatan emosional orang tua; Tingkat Kemampuan, Komunikasi dan Ketrampilan untuk merawat anak; Dukungan Sosial seperti Keluarga, Teman dan Pasangan; Kedekatan Orangtua ke Anak; Kesesuaian antara orangtua dan anak (Keadaan anak,jenis kelamin).

B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan adalah :
1. Pentingnya pengetahuan yang dimiliki oleh seorang bidan tentang bounding attachment supaya bisa mendampingi ibu pada masa nifas.
2. Pentingnya dukungan keluarga dan orang-orang terdekat pada ibu di masa nifas

DAFTAR REFERENSI

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.2002.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiirohardjo.

Manajemen Laktasi, cetakan ke-2.2004.Jakarta:Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia

Mary, Hamilton.1995. Dasar – Dasar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC

Soetjiningsih,dr.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta:EGC

Varney, H.1997.Varney’s Midwifery Third Edition._Jones and Bartlett. New York

http://gembilgembul.blogspot.com

http://www.ayahbunda-online.com/info_detail.asp?id=kehamilan&info_id=348

Tidak ada komentar:

Posting Komentar