Senin, 12 Juli 2010

TUBEKTOMI
(ANTARA FAKTA, TEORI DAN KEYAKINAN)
OLEH ELLA FISICA DEVINDHA

A. DEFINISI
Penelitian menemukan bahwa wanita yang menjalani tubektomi biasanya memberikan nilai lebih tinggi untuk kehidupan seks mereka. Sebesar 36 persen dilaporkan "sangat tinggi kepuasan seksualnya”. Kepuasan tersebut hanya dirasakan 30 persen wanita yang tidak menjalani tubektomi.
Tidak jelas mengapa wanita tubektomi umumnya memiliki fungsi seksual lebih baik. Tapi, peneliti mencatat bahwa wanita dan pasangannya lebih menikmati seks karena mereka bebas dari kecemasan atas potensi kehamilan yang tidak direncanakan.
Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas yang dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami isteri atas permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela. Kontap dapat diikuti baik oleh wanita maupun pria. Tindakan kontap pada wanita disebut kontap wanita atau MOW (Metoda Operasi Wanita ) atau tubektomi, sedangkan pada pria MOP (Metoda Operasi Pria) atau vasektomi.
Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metoda Operasi Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma.
Kontrasepsi mantap pada pria atau MOP (Metoda Operasi Pria) atau vasektomi., yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran benih agar sperma tidak keluar dari buah zakar.Sterilisasi adalah kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan). Disebut permanen karena metode kontrasepsi ini tidak dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian Anda ingin punya anak. Sterisilisasi adalah KB yang 99% efektif. Hanya 1 dari 200 wanita yang disterilisasi namun kemudian hamil. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba falopi wanita kembali menyambung setelah dipotong atau ditutup.
Kata tubektomi berasal dari tuba dan ektomi, tuba = saluran telur wanita ektomi = membuang / mengangkat. Namun sekarang definisi ini sudah diperluas dengan pengertian sterilisasi tuba. Tubektomi adalah metode kontrasepsi permanen di mana saluran tuba di blokir sehingga sel telur tidak bisa masuk ke dalam rahim. Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seseorang perempuan secara permanen. Tubektomi adalah kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan). Disebut permanen karena metode kontrasepsi ini tidak dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian Anda ingin punya anak.
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen (Saifuddin, 2003). Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang tidak akan mendapat keturunan lagi (Prawirohadjo, 2002).
B. SARAN PARTISIPASI
Seminar Kuldoskopi Indonesia pertama di Jakarta (18 – 19 Desmber 1972) mengambil kesimpulan, sebaliknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup.
2. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup.
3. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup.
Pada konferensi khusus perkumpulan untuk sterilisasi sukarela Indonesia di Medan (3 – 5 Juni 1976) dianjurkan pada umur antara 25 – 40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut :
1. Umur antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih.
2. Umur antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih.
3. Umur antara 35 – 40 tahun dengan 1 anak atau lebih.
Umur suami hendaknya sekurang-kurangnya 30 tahun, kecuali apabila jumlah anak telah melebihi jumlah yang diinginkan oleh pasangan itu.
C. KEUNTUNGAN
1. KONTRASEPSI
a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
b. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
c. Tidak bergantung pada faktor senggama
d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risik kesehatan yang serius
e. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
f. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
g. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)
2. NON-KONTRASEPSI
Berkurangnya risiko kanker ovarium.
Ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa tubektomi menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur dan nyeri saat menstruasi tapi ini terjadi pada tubektomi cara lama. Malahan tubektomi terbukti mengurangi resiko kanker ovarium selama 20 tahun setelah operasi.
D. KERUGIAN
a. Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan rekanalisasi. Bila situasi Anda berubah dan ingin punya anak, peluang Anda sangat kecil. Oleh karena itu, pertimbangkan baik-baik bila Anda akan menjalani operasi ini. Jangan memutuskan ketika Anda sedang kalut atau krisis, misalnya setelah keguguran atau melahirkan. Rumah sakit biasanya mensyaratkan tanda tangan suami bila Anda akan menjalani operasi ini, tetapi itu bukanlah persyaratan yang wajib. Bila Anda memiliki keraguan, diskusikan dengan dokter dan pasangan Anda.
b. Klien dapat menyesal di kemudian hari
c. Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
d. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
e. Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi untuk proses laparoskopi)
f. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
E. MEKANISME KERJA
Dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
F. SYARAT KEIKUTSERTAAN
Setiap peserta kontap harus memenuhi 3 syarat, yaitu:
1. Sukarela
Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela menerima pelayanan kontap; artinya sedcara sadar dan dengan kemauan sendiri memilih kontap sebagai cara kontrasepsi
2. Bahagia
• Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat bahagia; artinya :
• calon peserta tersebut dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan telah dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang anak yang sehat rohani dan jasmani
• Bila hanya mempunyai 2 orang anak, maka anak yang terkecil paling sedikit umur sekitar 2 tahun
• umur isteri paling muda sekitar 25 tahun
2. Kesehatan
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat kesehatan; artinya tidak ditemukan adanya hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontap. Oleh karena itu setiap calon peserta harus diperiksa terlebih dahulu kesehatannya oleh dokter, sehingga diketahui apakah cukup sehat untuk dikontap atau tidak. Selain itu juga setiap calon peserta kontap harus mengikuti konseling (bimbingan tatap muka) dan menandatangani formulir persetujuan tindakan medik (Informed Consent)
G. KONTRAINDIKASI
a. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
b. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
c. Tidak boleh menjalani proses pembedahan
d. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
e. Belum memberikan persetujuan tertulis
f. Menderita tekanan darh tinggi
g. Kencing manis (diabetes)
h. Penyakit jantung
i. Penyakit paru-paru
j. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi)
k. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol)
H. WAKTU
a. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak hamil
b. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
c. Pascapersalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu, laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan
d. Pascakeguguran; Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua (minilap saja)
I. PROSEDURAL
a. Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini
b. Informed consent harus diperoleh dan standard consent form harus ditanda-tangani oleh klien sebelum prosedur dilakukan
J. PENATALAKSANAAN
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap wanita adalah:
1. Puasa mulai tengah malam sebelum operasi, atau sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi. Bagi calon akseptor yang menderita Maag (kelaianan lambung agar makan obat maag sebelum dan sesudah puasa
2. Mandi dan membersihkan daerah kemaluan dengan sabun mandi sampai bersih, dan juga daerah perut bagian bawah
3. Tidak memakai perhiasan, kosmetik, cat kuku, dll
4. Membawa surat persetujuan dari suami yang sudah ditandatangani atau di cap jempol
5. Menjelang operasi harus kencing terlebih dahulu
6. Datang ke rumah sakit tepat pada waktunya, dengan ditemani anggota keluarga; sebaiknya suami.
7. Yang pasti adalah anda harus dalam keadaan tidak hamil sebelum operasi dilakukan.
Bila sterilisasi dilakukan saat operasi Caesar atau saat masa nifas, maka tidak perlu khawatir akan resiko kehamilan. Tapi bila di luar masa itu maka hal yang perlu dipersiapkan adalah :
• Kontrasepsi sebelumnya terus dipertahankan hingga hari operasi
• Jangan melakukan hubungan seksual minimal 4 hari sebelum operasi
• Tes kehamilan negative sebelum operasi
• Sebaiknya operasi dilakukan saat satu minggu setelah menstruasi
• Puasa minimal 6 jam sebelum operasi dilakukan
Tubektomi adalah Kemudian minilaparotomy adalah tekhnik dengan sayatan sebesar 3cm di atas pubis anda, untuk kemudian kemudian dilakukan ligasi tuba. Minilaparotomy dapat dilakukan dokter terlatih dengan biaya lebih murah, hanya saja parut luka yang dihasilkan cukup besar.Sedangkan laparoskopi harus dilakukan spesialis kebidanan dan biaya lebih mahal, tetapi luka parut yang dihasilkan kecil bahkan nyaris tak terlihat dan penyembuhan lebih cepat. proses sterilisasi dengan cara mengikat saluran telur (tuba falopi). Ada 4 cara melakukan tubektomi yaitu :
• Sterilisasi tuba yang dilakukan saat operasi Sectio Caesar atau operasi perut lainnya. Biasanya pilihan anestesinya adalah anestesi spinal pada SC.
• Minilaparotomy postpartum setelah persalinan pervaginam. Biasanya dilakukan 12-24 jam setelah persalinan dengan anestesi local dan sedasi ringan bila perlu.
• Minilaparotomy interval. Sterilisasi di luar masa nifas. (sama dengan atas)
• Laparoskopi. Dapat dilakukan 6-8minggu setelah persalinan, atau setelah abortus atau kapanpun pasien siap. Anestesi yang digunakan adalah bius umum.
Laparotomi
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna tubektomi. Di sini penutupan tuba dijalankan sebagai tindakan tambahan apabila wanita yang bersangkutan perlu dibedah untuk keperluan lain. Misalnya, pada wanita yang perlu dilakukan seksio sesarea, kadang-kadang tuba kanan dan kiri ditutup apabila tidak diinginkan bahwa ia hamil lagi.
Laparotomi postpartum
Laparotomi ini dilakukan satu hari postpartum. Keuntungannya ialah bahwa waktu perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan pascaopera¬si, dan oleh karena uterus masih besar, cukup dilakukan sayatan kecil dekat fundus uteri untuk mencapai tuba kanan dan kiri. Sayatan dilakukan dengan sayatan semi lunar (bulan sabit) di garis tengah distal dari pusat dengan panjang kurang-lebih 3 cm dan penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengan cara Pomeroy.
Minilaporotomi
Laparotomi mini dilakukan dalam mass interval. Sayatan dibuat di garis tengah di atas simfisis sepanjang 3 cm sampai menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba dimasukkan alas khusus (elevator uterus) ke dalam kavum uteri. Dengan bantuan alas ini uterus bilamana dalam retrofleksi dijadikan letak antefleksi dahulu dan kemudian didorong ke arah lubang sayatan. Kemudian, dilakukan penutupan tuba dengan salah satu cara.
Laparoskopi
Mula-mula dipasang cunam serviks pada bibir depan porsio uteri, dengan maksud supaya kelak dapat menggerakkan uterus jika hal itu diperlukan pada waktu laparoskopi. Setelah dilakukan persiapan seperlunya, dibuat sayatan kulit di bawah pusat sepanjang lebih 1 cm. Kemudian, di tempat luka tersebut dilakukan pungsi sampai rongga peritoneum dengan jarum khusus (jarum Veres), dan melalui jarum itu dibuat pneumoperitoneum dengan memasukkan CO2 sebanyak 1 sampai 3 liter dengan kecepatan kira-kira 1 liter permenit. Setelah pneumoperitoneum dirasa cukup, jarum Veres dikeluarkan dan sebagai gantinya dimasukkan troikar (dengan tabungnya). Sesudah itu, troikar diangkat dan dimasukkan laparoskopi melalui tabung. Untuk memudahkan penglihatan uterus dan adneks, penderita diletakkan dalam posisi Trendelenburg dan uterus digerakkan melalui cunam serviks pada porsio uteri. Kemudian, dengan cunam yang masuk dalam rongga peritoneum bersama-sama dengan laparoskop, tuba dijepit dan dilakukan penutupan tuba dengan kauterisasi, atau dengan memasang pada tuba cincin Yoon atau cincin Falope atau clip Hulka. Berhubung dengan kemungkinan komplikasi yang lebih besar pada kauterisasi, sekarang lebih banyak digunakan cara-cara yang lain.
Kuldoskopi
Wanita ditempatkan pada posisi menungging (posisi genupektoral) dan setelah spekulum dimasukkan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uterus ditarik ke luar dan agak ke atas, tampak kavum Douglasi mekar di antara ligamentum sakro-Aterinum kanan dan kiri sebagai tanda bahwa tidak ada perlekatan. Dilakukan pungsi dengan jarum Touhy di belakang uterus, dan melalui jarum tersebut udara masuk dan usus-usus terdorong ke rongga perut. Setelah jarum diangkat, lubang diperbesar, sehingga dapat dimasukkan kuldoskop. Melalui kuldoskop dilakukan pengamatan adneksa dan dengan cunam khusus, tuba dijepit dan ditarik ke luar untuk dilakukan penutupannya dengan cara Pomeroy, cara Kroener, kauterisasi, atau pemasangan cincin Falope.
Cara penutupan tuba
Cara Madlener
Bagian tengah dari tuba diangkat dengan cunam Pean, sehingga terbentuk suatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat, dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak dapat diserap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Sekarang cara Madlener tidak dilakukan lagi oleh karena angka kegagalannya relatif tinggi, yaitu 1% sampai 3%.
Cara Pomeroy
Cara Pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya, diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0-0,4%.
Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap, ujung
proksimal dari tuba ditanamkan ke dalam, miometrium, sedangkan ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum Tatum dibuka dan kemudian tuba bagian distal bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.
Cara Uchida
Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (minilaparotomi) di atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampulla tuba dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut mengembung. Lalu dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dan tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa, sedangkan Ujung tuba yang distal dibiarkan berada di luar serosa. Luka sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.
Cara Kromer
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping di bawah fimbria. jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh finbria dipotong. Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut. Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah sangat kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%.
K. PELAYANAN
Tempat pelayanan Tubektomi
1. Rumah sakit umum/Swasta /ABRI
2. Puskesmas yang memiliki ruang operasi (OK)
3. Klinik KB yang memiliki ruang operasi (OK)
Pelayanan Minilaparotomi tubektomi bisa didapatkan di klinik pelayanan KB yang memilki tenaga ahli dan rumah sakit manapun. Taksiran biayanya adalah 1 hingga 2 juta rupiah. Kadang-kadang pemerintah mengadakan layanan kontrasepsi gratis ataupun melalui program Gakin untuk rakyat kurang mampu. Sedangkan pelayanan laparoskopi tubektomi bisa didapatkan di setiap rumah sakit yang menyediakan layanan laparoskopi dan biayanya tergantung rumah sakit dan kelas yang anda pilih
L. KOMPLIKASI
Tubektomi terbukti aman, resiko komplikasi hanya sebesar 1,7 per 100 kasus tubektomi. Resiko meningkat bila sebelumnya anda menderita pelvic inflammatory disease (PID), diabetes melitus, obesitas, dan riwayat operasi perut sebelumnya. Komplikasi yang mungkin muncul :
• Perdarahan
• Perlengketan (adhesi) organ intraabdomen
• Salphyngitis (radang saluran tuba).
• Cidera organ perut
Bila timbul panas, nyeri perut dan keluar cairan atau darah dari bekas sayatan, maka sebaiknya anda segera ke dokter.
M. PERAWATAN PASCA OPERASI
Tubektomi termasuk one day care, artinya dari proses masuk, operasi hingga pulang hanya membutuhkan waktu satu hari. Hal yang harus diperhatikan :
• Istirahat dan jaga luka sayatan bersih dan kering selama 2 hari
• Hindari hubungan seksual selama 1 minggu. Bila sesudah itu masih merasa tidak nyaman, maka dapat ditunda dulu. Senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu, yaitu setelah luka operasi kering. Tetapi bila tubektomi dilaksanakan setelahmelahirkan atau kegugurang, senggama baru boleh dilakukan setelah 40 hari
• Jangan mengangkat beban berat atau menekan daerah operasi setidaknya 1 minggu setelah operasi.
• Bila terdapat tanda-tanda kehamilan, segera periksakan diri ke dokter atau bidan.
• kebersihan harus dijaga terutama daerah luka operasi jangan sampai terkena air selama 1 minggu (sampai benar -benar kering)
• Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur sesuai petunjuk
N. PANDANGAN ISLAM
Syari’at yang hanif menganjurkan untuk melahirkan anak-anak dan memperbanyak keturunan sehingga Nabi Syua’ib mengingatkan kaumnya akan nikmat ini, firman Allah swt
وَاذْكُرُواْ إِذْ كُنتُمْ قَلِيلاً فَكَثَّرَكُمْ
Artinya : “dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu.” (QS. Al A’raf : 86)
Didalam hadits yang diriwayatkan dari Ma’qol bin Yasar bahwasanya Nabi saw bersabda,”Nikahilah wanita-wanita yang pencinta dan bisa beranak banyak. Sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya umatku dihadapan umat-umat lain.” (HR. Abu Daud yang dishohihkan oleh al Bani).
Menghentikan kehamilan secara permanen itu mempunyai dua keadaan :
1. Apabila hal itu dikarenakan sesuatu yang darurat seperti telah dinyatakan oleh dokter yang bisa dipercaya bahwa kehamilannya akan bedampak pada kematian ibu dan pengobatan terhadapnya sudah tidak mungkin lagi dan diputuskan bahwa penghentian kehamilan secara totral adalah solusi dari bahaya tersebut maka diperbolehkan saat itu untuk menghentikan kelahiran secara total.
2. Apabila hal itu bukan dikarenakan sesuatu yang darurat maka tidak disangsikan lagi bahwa perbuatan itu merupakan kejahatan dan dosa besar karena dia dianggap sebagai penganiayaan terhadap makhluk Allah tanpa suatu sebab, menghentikan keturunan yang begitu dicintai Nabi saw serta tidak bersyukur terhadap nikmat seorang anak yang dianugerahkan Allah kepada makhluknya.
Disebutkan didalam ‘al Inshof” ; dia berkata didalam “al Faiq”,”Tidak dibolehkan menghentikan kehamilan.” (1/383)
Lembaga Fiqih Islam dalam keputusannya no 39 (1/5) adalah sebagai berikut :
Diharamkan memusnahkan kemampuan untuk melahirkan baik pada laki-laki maupun perempuan, yaitu apa yang dikenal dengan vasektomi atau tubektomi selama tidak ada sesuatu yang darurat menurut standar-standar islam.
Dibolehkan pengaturan secara temporer dalam kelahiran dengan maksud menjarangkan kehamilan atau menghentikannya untuk beberapa waktu tertentu apabila kebutuhan yang dibenarkan syari’ah menuntut hal demikian sesuai dengan kesanggupan suami isteri melalui musyawarah dan keredhoan diantara keduanya dengan syarat tidak membawa kepada kemudharatan serta dengan cara yang disyariatkan dan tidak membahayakan bagi kehamilannya nanti.
Kalau begitu, apabila penghentian kehamilan yang anda lakukan karena sesuatu yang darurat lagi mendesak maka tidak ada dosa bagi anda untuk melakukannya. Adapun bukan untuk sesuatu yang darurat maka anda telah jatuh kedalam yang haram maka anda harus bertaubat dengan taubat nashuha kepada Allah swt dan segera menghentikannya
DAFTAR PUSTAKA

Arjoso, S. 2003. Umpan Balik Laporan Pencapaian Program KB Nasional Propinsi Jawa Timur. Surabaya : BKKBN.

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi edisi 2. 2006. Jakarta

Elizabeth, Hurlock. 1997. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Joewono, HT. 1995. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: NRC-POGI-Depkes-BKKBN-YBPSP-JHPEIGO.

Jonathan S. Berek. 2002. Novak’s Gynecology. Lippincott & Wilkins

Noerdin, M. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN.

Prawihardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua, Cetakan 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Saifuddin, AB. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : JNPKKR/POGI-BKKBN-DEPKES-JHPIEGO/STARH PROGRAM.

Yusuf, A. 2005. Keluarga Berencana. http://www.google.com. BKKBN, diakses : 13 Juli 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar